Translate

Selasa, 11 November 2014

Tugas Akhir_Salvian_705140004


Sexual Abuse Terhadap Anak yang Berusia di Bawah 17 Tahun

Latar Belakang
    Kejahatan seksual, atau yang lebih sering disebut dengan sexual abuse kini semakin banyak terjadi, terutama pada anak yang berusia di bawah 17 tahun. Hal ini dapat terjadi dikarenakan kurangnya pengawasan orangtua terhadap anaknya dan juga kurangnya pendidikan orang-orang sekarang mengenai seks. Keadaan ini sangat memprihatinkan, atas dasar inilah penulis ingin membahas mengenai “Sexual Abuse Terhadap Anak yang Berusia  di Bawah 17 Tahun.”

Pengertian Sex dan Sexual Abuse
     Menurut Oxford (2009) pengertian dari sex adalah “Short for sexual intercourse or any of the activities distinctively associated with it” (p. 692). Sementara itu, untuk pengertian sexual abuse adalah “Using someone else’s body for sexual pleasure without his or her consent, and this is a crime” (Frolic & Broyles, 2012, p. 6).

Klasifikasi Sexual Abuse
     Menurut Resna dan Darmawan (dikutip dalam Huraerah, 2007) bahwa tindakan sexual abuse dapat dibagi menjadi 3 kategori, yaitu perkosaan, incest, dan eksploitasi.
     Perkosaan. Perkosaan ini biasanya dilakukan oleh pria. Perkosaan sering dilakukan oleh pelaku dengan lebih dulu mengancam dengan memperlihatkan kekuatannya kepada anak. Anak yang diperkosa harus secepatnya diperiksa supaya bukti fisik masih dapat dilihat. Anak yang mengalami kasus pemerkosaan dengan kekerasan akan mendapatkan risiko yang sangat besar, karena akan menyebabkan emosinya menjadi tidak stabil.
     Incest.  Incest adalah aktivitas seksual antar individu yang mempunyai hubungan dekat yang dimana menurut hukum perkawinan mereka dilarang. Incest juga biasanya terjadi dalam kurun waktu yang lama.
     Eksploitasi. Eksploitasi seksual meliputi prostitusi dan pornografi. Hal ini dapat terjadi dalam keluarga, ibu, ayah, dan anak-anak bisa saja ikut terlibat. Dalam keadaan seperti ini anak-anak haruslah segera dipindahkan dari situasi rumah, sebelum mereka yang dijadikan korban. Eksploitasi anak-anak membutuhkan banyak penanganan secara psikiatri.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tindakan Kekerasan Seksual Terhadap Anak di Bawah Umur
     Faktor utama penyebab kekerasan seksual adalah lingkungan yang rusak, dimana terdapat berbagai percampuran yang menimbulkan penyimpangan dalam kehidupan seorang anak. Faktor lainnya adalah pendidikan seks yang keliru. Hal ini disebabkan oleh ketidaktahuan orangtua akan pendidikan seks yang berimplikasi pada kepribadian anak. Rangsangan seksual dalam keluarga juga dapat menjadi pemicu terjadinya kekerasan seksual. Hal ini dapat terjadi ketika orangtua secara tidak sengaja menghadirkan rangsangan yang merusak pandangan anak terhadap perilaku seksual (Madani, 2003).

Dampak Bagi Anak yang Mengalami Sexual Abuse
     Cheung (2012, p. 268) mengatakan bahwa:
     Professionals who are involved in child sexual abuse cases often experience stress because it is hard to talk about sexuality with a child who has been abused. When this stress gets out of hand, it is often referred to as secondary trauma or vicarious trauma. Secondary trauma can occur when professionals hear about a client’s traumatic experience, either directly from a client or from secondary sources, but they cannot immediately find solutions to help the client overcome difficulties. Secondary trauma can generate feelings of helplessness and despair as a result of the professional’s perceived inability to make positive and helpful change for the client who has been affected by a traumatic experience.
     Menurut Huraerah (2007) Sexual abuse pada anak berdampak pada perilaku, kognisi, sosial-emosional, dan fisik. Dampak pada perilaku anak yang terlihat adalah: (a) perubahan perilaku secara mendadak, dari bahagia ke depresi, atau bersahabat ke isolasi; (b) perilaku ekstrim, secara komparatif lebih agresif dari perilaku sebelumnya; (c) gangguan tidur, mengalami mimpi buruk dan takut pergi ke tempat tidur; (d) perilaku regresif; kembali pada perilaku awal perkembangan anak seperti mengompol; (e) perilaku anti sosial, melakukan tindakan merusak; (f) perilaku menghindar, takut atau menghindari orang tertentu; (g) perilaku seksual yang tidak pantas, masturbasi berlebihan dan berpikiran porno; (h) penyalahgunaan NAPZA, mengonsumsi alkohol atau obat terlarang; dan (i) bentuk-bentuk perlakuan salah terhadap diri sendiri (self abuse).
     Dampak pada kognisi yaitu: (a) tidak dapat berkonsentrasi, sering melamun dan menghayal; (b) minat sekolah memudar, menurunnya perhatian terhadap tugas-tugas sekolah; dan (c) reaksi berlebihan, khususnya terhadap gerakan tiba-tiba dari orang lain.
     Dampak pada sosial-emosional yaitu: (a) rendahnya kepercayaan diri, perasaan tidak berharga; (b) menarik diri, mengisolasi diri dari teman; (c) depresi tanpa penyebab jelas, pikirannya seakan ingin bunuh diri; (d) ketakutan berlebihan, hilangnya kepercayaan diri; dan (e) keterbatasan perasaan, tidak riang lagi seperti sebelumnya.
     Dampak fisik pada anak yang terlihat yaitu: (a) perasaan sakit pada tubuh, sering mengeluh kesakitan pada beberapa bagian tubuh; (b) luka pada alat kelamin, alat kelamin mengalami pendarahan, lecet,  nyeri, dan gatal-gatal, dan (c) hamil.

Simpulan
     Sexual abuse banyak terjadi padi anak yang berusia di bawah 17 tahun. Sexual abuse merupakan suatu kejahatan yang dilakukan dengan unsur seksual. Bentuk-bentuknya seperti perkosaan, incest, dan eksploitasi. Sexual abuse dapat berdampak buruk di segi perilaku, kognisi, sosial-emosional, dan fisik pada anak.



Saran
       Sexual abuse yang sedang banyak terjadi ini haruslah diwaspadai. Penulis menyarankan agar orangtua lebih sering mengawasi segala gerak gerik anaknya. Orangtua juga dianjurkan agar selalu mengantarkan anaknya jika pergi ke tempat lain, karena berbahaya jika anak dipercayakan kepada orang lain. Hal ini disarankan untuk mencegah terjadinya kejahatan seksual terhadap anak dan juga anggota keluarga lainnya.  




















Daftar Pustaka
Cheung, M. (2012). Child sexual abuse: Best practices for interviewing and treatment. Chicago, Il: Lyceum Books.
Colman, A. M. (2009). Oxford dictionary of english (3rd ed.). Oxford, NY: Oxford Univeesity Press.
Floric, M., & Broyles, M. (2012). Sexual abuse. New York, NY: The Rosen Publishing Groups.
Huraerah, A, (2007). Chilld abuse: Kekerasan terhadap anak (edisi revisi). Bandung: Nuansa.
Madani, Y. (2003). Pendidikan seks untuk anak islam. Jakarta; Pustaka Zahra.

Rabu, 05 November 2014

KBK Penulisan Karya Tulis Ilmiah


Latihan 17
Salvian 705140004

Gambaran Stres pada Siswa Sekolah

Pengertian Stres
     Stres diartikan sebagai gangguan atau kekacauan mental dan emosional yg disebabkan oleh faktor luar; ketegangan (Kamus Besar Bahasa Indonesia [KBBI], 2014). Dalam ilmu psikologi, “Stres diartikan sebagai respon individu terhadap tekanan, keadaan dan peristiwa yang mengancam dan menguras kemampuan mereka untuk beradaptasi” (Santrock, 2002, h. 604).

Stres pada Siswa Sekolah. Siswa sekolah sangat sering mengalami stres karena berbagai tuntutan yang diberikan dari pihak sekolah. Sehingga tidak jarang siswa yang stres mengalami ketegangan fisik, psikologis, dan perubahan tingkah laku, serta mempengaruhi prestasi belajar. Kebanyakan siswa mengalami stres karena tuntutan tugas, ujian, tuntutan peran di sekolah dan tuntutan dari guru mereka (Osnela, 2014).

Faktor Penyebab Stres pada Siswa Sekolah
     Faktor kepribadian. Kepribadian seseorang dapat membantu dalam mengatasi stres. Terdapat 3 aspek kepribadian yang berkaitan dengan stres (Santrock, 2002).
     Pola perilaku tipe A/tipe B. Tipe A adalah karakter siswa yang bersikap berlebihan, sulit diatur, tidak sabaran, dan tidak bersahabat. Sementara itu tipe B adalah karakter siswa yang baik, pada umumnya santai, dan fleksibel. Dapat dilihat bahwa pola perilaku tipe A akan lebih mudah mengalami stres, dan menurut penelitian Rosenman dan Friedman, stres berlebihan juga dapat menyebabkan resiko serangan jantung. Untuk pola perilaku tipe B, diyakini jarang mengalami stres dan hidupnya akan lebih bahagia (Friedman & Rosenman dalam Santrock, 2002).
     Ketabahan. Ketabahan adalah gaya kepribadian yang ditandai oleh komitmen dan kontrol diri, serta anggapan atas berbagai masalah adalah tantangan. Sikap tabah akan mengurangi tingkat stres siswa sekolah (Santrock, 2002).
     Pengendalian Diri. Merupakan gaya atau cara siswa untuk mengontrol dirinya agar terhindar dari stress (Taylor, Thompson, & Wallston dalam Santrock, 2002).
     Faktor lingkungan. Banyak fenomena yang sering terjadi disekitar sekolah yang dapat memunculkan rasa frustasi dan ketidak bahagiaan yang dapat menimbulkan stres pada siswa (Santrock, 2002).
     Peristiwa hidup dan kesibukan sehari-hari. Banyak hal-hal tak terduga yang terjadi pada hidup manusia, seperti dipecat, kecelakaan, orang meninggal, dan masih banyak lagi. Siswa sekolah juga pasti sering mengalami hal-hal yang tidak terduga tersebut, seperti lupa membawa PR, mendapatkan nilai jelek, diputusin pacar, dan lainnya. Kesibukan sehari-hari siswa sekolah pun bisa menjadi pemicu stres, karena munculnya rasa jenuh, capek, dan bosan. Namun peristiwa hidup yang tak teduga akan menjadi pemicu stres yang lebih besar (Crowther et al. Dalam Santrock, 2002).
     Faktor sosial dan budaya. Faktor ini turut menentukan sikap siswa terhadap stres yang dialami dan bagaimana cara mengatasinya (Kawachi & Kennedy dala Santrock, 2002).
     Stres Kulturatif. Stres ini menggambarkan sikap stres yang dialami siswa karena menemui budaya yang berbeda. Seperti siswa yang pindah sekolah, pada awalnya akan mengalami stres karena belum beradaptasi (Hovey, Uppaluri, Schumm, & Lauderdale dalam Santrock, 2002).
     Kemiskinan. Faktor ini dapat menyebabkan stres juga, karena kemiskinan menyebabkan siswa terhambat dalam memperoleh pendidikan. Di sisi lain juga biasanya orang yang miskin lebih sering mengalami tindakan kriminal, baik sebagai korban maupun pelaku (Brown, Bhrolchain, & Harris dalam Santrock, 2002).

Dampak Stres pada Siswa Sekolah.
Ahmadi dan Umar (2009, h. 68) mengatakan bahwa:
     Stres mempunyai ciri negatif, cotohnya saja orang yang stres akan bersikap murung, muram, susah, melihat dunia luar dengan negatif. Stres atau yang sering kali disebut depresi biasanya bersumber pada perasaan takut dan putus asa. Sehingga besar kemungkinan terjadinya peristiwa bunuh diri.

Cara Mengatasi Stres. Menurut Santock (2002, h. 631-639), ada beberapa cara dalam menghadapi stres, yaitu dengan cara berolahraga secara teratur, mengkonsumsi makanan-makanan yang sehat, tidak merokok, dan membuat keputusan suara seksual.
    



Daftar Pustaka

Ahmadi, A. & Umar, M. (2009). Psikologi umum (Edisi Revisi). Surabaya: PT Bina Ilmu.
Departemen Pendidikan Nasional. 2014. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta: Balai Pustaka
Osnela, F. (2014, 27 September). Problem Remaja di Sekolah. Diunduh dari http://flachaniago.blogspot.com/2013/12/problem-remaja-di-sekolah_6569.html.
Santrock, J. W. (2002). Psychology (7th ed.).United State: McGraw Hill.


Selasa, 07 Oktober 2014

Pertemuan Kesembilan

Haiii, berjumpa lagi!!!!!! Kali ini mungkin akan menjadi portingan terakhir saya, karena seiring berakhirnya KBK Filsafat. Maka, simak sebaik mungkin ya, hahaha


FILSAFAT PSIKOLOGI

     Filsafat merupakan induk dari semua ilmu pengetahuan, termasuk psikologi. Hingga abad 19, psikologi dikembangkan oleh para ahli filsafat yang pengamatannya dilandaskan pada refleksi abstrak dan spekulatif. Selanjutnya psikologi dirasakan perlu melakukan metode lain, yaitu metode empiris. Walaupun sudah berpisah dengan filsafat, psikologi masih memiliki hubungan dengan filsafat, khususnya menyangkut sifat, hakekat dan tujuan ilmu pengetahuan.

Tokoh Awal Psikologi
     Wilhelm Wundt, seorang ketua bagian filsafat di Universitas Liepzig Jerman, adalah pendiri psikologi yang mendirikan laboratorium psikologi pertama di dunia. Wundt bersama pengikutnya mengembangkan aliran strukturalisme dalam psikologi.
     William James dengan aliran fungsionalismenya, berpendapat bahwa psikologi harus meneliti secara mendalam bagaimana proses mental manusia itu berfungsi.
     Dan James Watseon dengan aliran behaviorismenya berpendapat bahwa psikologi harus mempelajari kejadian-kejadian dan perilaku disekelilingnya.

Landasan Filosofi berbagai aliran Psikologi
     Ontologi pada positivisme sejalan dengan dasar pemikiran yang digunakan oleh pendekatan behaviorisme. Pada pendekatan ini seorang ahli psikologi mengamati individu dari perilakunya.
     Dalam psikologi Gestalt, beberap[a tokohj terkemukanya antara lain Wolfgang Kohler, Kurt Koffka, dan Max Wertheimer. Psikologi Gestalt merupakan aliran yang cukup kuat dan padu. Falsafah yang dikemukakannya sangat mempengaruhi bentuk psikologi di Jerman, dan kelak sampai ke Amerika Serikat. Teori filosofik psikologingestalt dapat didekati dengan fenomenologi, Heidegger adalah seorang fenomenolog. Fenomenologi adalah deskripsi tentang data.
     Freud sangat terpengaruh oleh filsafat determinisme dan positivisme ilmu pengetahuan abad XIX
     Psikologi kognitif memiliki landasan filosofis rasionalisme, tokohnya adalah Rene Descartes, Spinoza, dan Liebniz.

Filsafat dan Konseling
* Esensialisme : Ada 3 aspek, yakni : rasionalisme, ideslisme, dan realisme. Asumsinya adalah bahwa manusia adalah satu-satunya makhluk hidup didunia yang memiliki akal untuk mengetahui dunianya dimana ia hidup.
* Progresivisme : Muncul sebagai akibat dari melunturnya kepercayaan terhadap konsep-konsep yang absolut. Para ahli memperhatikan hal-hal yang langsung dan khusus yang dapatdilihat sebagai realitas dan obyek yang dapat dilihat, yang realistis dan memnutuhkan pemecahan persoalan secara langsung
* Eksistensiaalisme : Konsep dasarnya menurut Blocher adalah kerinduan manusia untuk mencari sesuatu yang penting, sesuatu yang bermakna dalam dirinya. Eksistensi merupakan sesuatu yang paling bermakna didalam diri seseorang. Konseling dari sudut filsafat eksistensialistik ialah keterlibatan konmselor dalam usaha  merekonstruksi struktur pribadi yang bermakna pada klien.

Filsafat Ilmu dan Psikologi 
     Filsafat ilmu, sebagai salah satu cabang filsafat, memberikan sumbangan besar bagi perkembangan ilmu psikologi. Peran filsafat adalah supaya ilmuwan dapat semakin kritis terhadap pola kegiatan ilmiahnya sendiri, dan mengembangkannya sesuai kebutuhan masyarakat. Dan diharapkan pula agar psikolog  bisa menjadi ilmuwan yang rendah hati dan terhindar dari sikap saintisme. Filsafat juga bisa menegaskan akar historis ilmu psikologi. Teks-teks kuno dari filsafat juga bisa dijadikan pemikiran baru yang berguna bagi perkembangan ilmu psikologi. 

Etika dan Psikologi
     Etika juga cukup penting bagi perkembangan ilmu psikologi. Etika yang dimaksud adalah ilmu tentang moral. Seorang psikolog membutuhkan panduan etis didalam kerja-kerja mereka. 

Latar Belakang Psikologi
Aristoteles membagi ilmu pengetahuan teoritis atas fisika, matematika dan metafisika.Psikologi masuk kedalam fisika. Obyek penyelidikan psikologi mencakup hal-hal fisis atau alamiah. Psikologi secara khusus menyelidiki segolongan makhluk-makhluk fisis, yaitu makhluk-makhluk yang mempunyai jiwa. 


Filsafat terbagi menjadi beberapa zaman :
1. Yunani Kuno : pemikir Yunani adalah yang pertama berusaha menjelaskan "asal muasal" segala sesuatu dengan melihat ke alam, bukan dewa-dewa/mitologi. Terdapat 4 orientasi, yaitu orientasi naturalistik, biologik, matematik, eklektik dan humanistik. Beberapa tokohnya adlah Socrates, plato, dan Aristoteles.
2. Romawi : Filosofi Romawi tidak tersusun secara komprehensif seperti filosofi Yunani. Ada 3 aliran besar : Stoicism, Epicureanism dan Neo-Platonism
3. Gereja : Ada 2 tokoh besar pada zaman ini, yaitu St. Agustine dan St. Thomas Aquinas
4. Renaissance : Ada 3 tokoh besarnya, antara lain Francis Bacon, Rene Descartes dan Thomas Hobbes.
5. Asosianisme Lama : Tokoh besarnya adalah John Stuart Mill

Dari beberapa zaman filsafat diatas, terbagi menjadi 2 ilmu, yaitu ilmu semu dan ilmu faal.
1. Ilmu-ilmu semu : Terbagi menjadi beberapa hal, Phrenologi, Physiognomi, dan Mesmerisme.
2. Ilmu Faal : Beberapa tokoh-tokohnya adalah Sir Charles Bell, Francois Magendie, Marshal Hall, Johannes Peter Muller, Paul Broca, Gustav Theodor Fechner, Herman Ludwig Ferdinand von Helmoltz, Sir Francis Galton dan Emil Kraepelin. 

Kemudian dari kedua ilmu diatas, terbentuk suatu pandangan yang namanya Elementisme/Strukturalisme, 2 tokoh besarnya adalah Wilhelm Wundt dan muridnya, E.B. Titchener.

Berikut adalah aliran-aliran psikologi setelah Wundt (beserta tokohnya) :
1. Aliran Wurzburg (Oswald Kulpe)
2. Psikologi Gestalt (Karl Buhler)
3. Fungsionalisme (William James, John Dewey, James Mckeen Cattel dan Edward Lee Thorndike)
4. Behaviorisme (Ivan Petrovich Pavlov, John Broades Watson, Edward Chase Tolman, B.F.Skinner)
5. Psikologi Hormik/Purposif (William McDougall)
6. Teori Konvergensi (William Louis Stern)
7. Psikologi Gestalt (Max Wertheimer, Franz Brentano, Christian Von Ehrenfels, Kurt Koffka dan Wolfgang Kohler)


Sumber : Kuliah Pak Bonar Hutapea

Sekian postingan kali ini yaaaa......... 
Sampai Jumpa di Lain Waktu........

Sabtu, 04 Oktober 2014

Pertemuan Kedelapan

Hiii, lama tak jumpa, karena sebelumnya sedang hari UTS dan ada Field Trip ke Kampung Betawi, jadi sekarang baru sempat ngeblog lagi nih, berikut materi yang didapatkan kemarin, Jumat, 3 Oktober 2014....

Eksistensialisme Menurut
Kierkegaard

     Secara etimologis yaitu ex (keluar), sistentia (berdiri). Jadi jika dikatan manusia bereksistensi berarti manusia baru menemukan diri sebagai aku dengan keluar dari dirinya sendiri. Pusat diri seseorang terletak diluar dirinya, Ia menemukan pribadinya dengan seolah-olah keluar dari dirinya. Yang bisa bereksistensi hanyalah manusia, dan juga eksistensi tidak bisa disamakan dengan "berada".
     Eksistensialisme dari segi isi merupakan gaya berfilsafat. Filsafat harus bertitik tolak pada manusia konkrit, manusia sebagai eksistensi, maka bagi manusia eksistensi mendahului esensi. 

     Berikut ciri-ciri eksistensionalisme : 
1. Motif pokoknya dalah eksistensi, cara manusia berada.
2. Bereksistensi harus diartikan secara dinamis, karena bereksistensi berarti menciptakan diri secara aktif, berbuat, me njadi, merencanakan. 
3. Mansia dipandang terbuka, belum selesai, karena terikat pada dunia sekitarnya, khususnya pada sesamanya.
4. Memberi penekanan pada pengalaman konkrit.

Tentang Kierkegaard



     Nama kengkapnya adalah Soren Aabye Kierkegaard, lahir di Kopenhagen, Denmark 15 Mei 1813. Ia belajar teologi di universitas Kopenhagen, namun tidak selesai. Terutama saat 3 saudaranya, ayah, dan ibunya meninggal Ia mengalami krisis. Kierklegaard sempat menjauh dari temannya dan agama, sempat juga bertunangan dengan Regina Olsen, tetapi tidak jadi menikah. Kemudian pada tahun 1849 Ia kembali lagi ke agamanya (kristen). Ia meninggal pada tahun 1855 sebagai orang yang religius dan dipandang sebagai tokoh di gerejanya. Kierkegaard juga dikenal sebagai bapak eksistensialisme, aliran filsafat yang berkembang 50 tahun setelahj kematiannya.

     Pokok-pokok ajaran Kierkegaard :
* Kritiknya terhadap Hegel : Kierkegaard memandang Hegel sebagai pemikir besar, tapi ada satu hal yang dilupakannya. Menurut Kierkegaard eksistensi manusia itu individual dan konkret, Manusia tidak dapat dibicarakan pada umumnya atau menurut hakekatnya, karena manusia itu special, khusus, khas, tidak ada pada umumnya.
* Yang ada itu adalah manusia konkret yang semua penting, berbeda dan berdiri di hadapan Tuhan, manusia itu eksistensi.
* Menurt Kierkegaard eksistensi berarti merealisir diri, mengikat diri dengan bebas, dan mempraktekkan keyakinannya dan mengisi kebebasannya.
* Hanya manusia yang bereksistensi, karena dunia, binatang, serta Tuhan sekalipun hanya "ada". Tetapi manusia harus bereksistensi, yakni menjadi seperti Ia ada. 
* Ada 3 cara bereksistensi (3 sikap terhadap hidup) : Sikap estetis, etis, dan religius.
     1. Sikap Estetis : Cara hidup yang amat bebas, merengguh sebanyak mugkin kenikmatan yang dikuasai oleh perasaan.
     2. Sikap Etis : Sikap menerima kaidah-kaidah moral, suara hati dan memberi arah pada hidup. 
     3. Sikap Religius : Berhadapan dengan Tuhan, karena manusia religius percaya pada Allah. 

Pernyataan Parmenides hingga Hegel : 'Berpikir sama dengan berada', ditolak oleh Kierkegaard, karena menurutnya 'percaya itu sama dengan menjadi'. Manusia memilih eksistensinya entah sebagai penonton yang pasif, atau sebagai pemain/individu yang menentukan sendiri eksistensinya dengan mengisi kebebasannya.

     Setiap orang adalah campuran dari ketakterhinggaan dan keterhinggaan. Manusia hidup dalam 2 dimensi sekaligus, yaitu keabadian dan waktu. Kedua dimensi itu bertemu dalam "saat'. Saat adalah titik dimana waktu dan keabadian bersatu. Kita menjadi eksistensi dalam saat, yaitu saat pilihan. Pilihan itu suatu loncatan dari waktu ke keabadian. 

     Eksistensi manusia dalah tugas yang harus dijalani dengan kesejatian sehingga orang tidak tampil dengan semua. Jika eksistensi adalah suatu tugas, Ia harus dihayati sebagai suatu yang etis dan religius dan disertai oleh tanggung jawab.

     Publik bagi Kierkegaard hanya abstraksi belaka, bukan realitas. Publik menjadi berbahaya bila itu dianggap nyata. 
     Orang yang sering berusaha menggabungkan diri dalam kelompok membuktikan bahwa orang itu tidak berani tampil sendiri, mereka dalah orang-orang lemah. Mengandalkan diri pada kekuatan numerik adalah kelemahan etis. Kierkegaard bukannya menolak adanya kemungkinan bagi manusia untuk bergabung dengan yang lain, "hanya setelah individu itu mencapai sikap etis barulah penggabungan bersama dapat disarankan. Kalau tidak, penggabungan individu yang lemah sama memuakkan seperti perkawinan antara anak-anak."


Sumber : Kuliah Pak Raja Oloan Tumanggor 
               https://22sabil8.wordpress.com/2014/03/07/kierkegaard-dan-manusia-religius/


Eksistensialisme 
Jean Paul Sartre

Tentang Jean Paul Sartre 




     Ia lahir di Paris tahun 1905, Ketian tahun 1929 Sartre menjadi guru, Baru pada tahun 1931-1936 Ia menjadi dosen Filsafat di Le Harve. Pada tahun 1941 Sartre sempat menjadi tawanan perang, namun setahun setelahnya, 1942-1944 Ia menjadi dosen di Loycee Pasteur. Sartre banyak menulis karya filsafat dan sastra, Ia dipengaruhi oleh Husserl dan Heidegger. 

     Pemikiran Filsafat Sartre
> Sulit menjabarkan pemikiran filsafat Sartre secara singkat
> Bagi Sartre, manusia mengada dengan kesadaran sebagai dirinya sendiri.
> Untuk manusia, eksistensi adalah keterbukaan, beda dengan benda lain yang keberadaannya sekaligus berarti esensinya. Eksistensi mendahului esensi.
> Asas pertama untuk memahami manusia harus mendekatinya sebagai subyektivitas. Apapun makna yang diberikan pada eksistensinya, manusia sendirilah yang bertanggung jawab.
> Tanggung jawab yang menjadi beban kita jauh lebih besar dari sekedar tanggung jawab terhadap diri kita sendiri. 
> Sartre membedakan kata "berada dalam diri" dengan "berada untuk diri". Berada dalam diri berarti berada  dalam dirinya, berada itu sendiri. Kalau berada untuk diri berarti berada dengan sadar akan dirinya, yaitu cara berada manusia. Biasanya kesadaran kita bukan kesadaran akan diri, melainkan kesadaran diri.
> Jika kita secara refleksif meginsyafi cara kita mengarahkan diri pada objek, kesadaran kita diberi bentuk kesadaran akan diri.
> Tuhan tidak terlibat dalam putusan yang diambil oleh manusia, karena manusia adalah kebebasan dan bertanggungjawab.
> Tanpa kebebasan eksistensi manusia menjadi absurd. 


   Berikut terdapat beberapa kenyataan yang mengurangi kebebasan manusia : 

1. Tempat kita berada : Situasi yang memberi struktur pada kita, tetapi juga kita beri struktur.
2. Masa lalu : Tidak mungkin meniadakannya karena masa lalu menjadikan kita sebagaimana kita sekarang.
3. Lingkungan sekitar
4. Kenyataan adanya sesama manusia dengan eksistensinya sendiri.
5. Maut : Tidak bisa ditunggu saat tibanya, walaupun pasti akan tiba.


     Dalam eksistensi manusia, kehadiran selalu menjelma sebagai wujud yang bertubuh. Tubuh mengukuhkan kehadiran manusia. Tubuh sebagai orientasi mengukuhkan kehadiran kita sebagai eksistensi. 

     Komunikasi merupakan suatu hal yang aprior, tak mungkin tanpa adanya sengketa, karena setiap kali orang menemui orang lain pada akhirnya akan terjadi saling obyektifikasi, yang seorang seolah-olah membekukan orang lain. 

     Sedangkan cinta adalah bentuk hubungan keinginan saling memiliki (objek cinta). Akhirnya cinta bersifat sengketa karena obyektifikasi yang tak terhindarkan.


Sumber : Kuliah Pak Carolus Suharyanto

               http://philosophyofscienceportal.blogspot.com/2012/09/jean-paul-sartrein-camera-aka-no-exit_7.html

Sabtu, 27 September 2014

Pertemuan Ketujuh

Hallo semuaaaa!!! Ketemu lagi dengan saya. Kali ini saya akan mempostingkan materi kuliah pada hari Jumat, 26 September 2014. Disimak yaaa......


Manusia dan Afektifitasnya

   Afektivitas membuat manusia berbeda dengan tumbuhan, karena afektivitas membuat manusia "berada" di dunia dan berpartisipasi dengan orang lain. Manusia bisa mencintai, mengabdi dan menjadi kreatif juga karena adanya afektivitas.Afektivitas ada 2 kutub, positive dan negative. positive contohnya "cinta", sedangkan negative contohnya "benci". Kehidupan afektif bukan hanya menyangkut merasa saja, tapi juga menyangkut hal yang spiritual.
     Hidup afektif atau afektivitas adalah Seluruh perbuatan afektif yang dilakukan subyek sehingga subyek ditarik oleh obyek atau sebaliknya. Perbuatan afektif bersifat lebih pasif. 

     Catatan tentang cinta akan diri, sesama, dan Tuhan :
     Orang sering menganggap cinta diri sendiri adalah egoisme, maka dipandang tidak baik. Padahal cinta akan diri sendiri dapat ditemukan pada orang yang sanggup mencintai orang lain dengan sungguh-sungguh. Sesungguhnya sikap egoisme itu menolak setiap perhatian otentik pada orang lain, orang yang egois hanya mengambil mengambil untung dari apa saja. Contohnya saja jika kita mencintai Tuhan dengan seluruh jiwa atau hati kita, tidakkah itu sama dengan mengasingkan diri dari diri sendiri? Tentu saja tidak, karena Tuhan itu tidak melawan, Ia transenden dan imanen.
     Berikut kutipan pernyataan seorang tokoh, St. Agustinus : "Tuhan adalah pokok pangkal kepribadian kita masing-masing. Ia adalah dasar dalam mana semua manusia saling berkomunikasi. Semakin saya mendekati orang lain, maka makin saya mendekati tuhan. 


Sumber : Kuliah Pak Raja Oloan Tumanggor


KEBEBASAN

     Manusia mampu menghadirkan diri secara total di dunia dan memungkinkan untuk menentukan perbuatannya karena adanya eksistensi jiwa dalam tubuhnya. Dalam fungsi menentukan perbuatan, jiwa berhubungan dengan kehendak bebas. Jiwalah yang membuat manusia menjadi mahkluk bebas, dan kebebasan itulah yang mendasar bagi manusia dan merupakan penting humanisme.

"Sejarah manusia merupakan sejarah perjuangan kebebasan" Eric Fromm, The Fear of Freedom, 1960
Pernyataan tersebut berarti kebebasan menjadi bagian tak terpisahkan dari eksistensi manusia. 

Pandangan Determinisme
     Determinisme adalah Aliran yang menolak kebebasan sebagai kenyataan hidup bagi manusia. Setiap peristiwa disebabkan oleh peristiwa-peristiwa lainnya, seluruh kegiatan manusia berjalan menurut keharusan yang bersifat deterministik. 
     Kelemahan dari determinisme : 
  1. Menyangkal sifat multidimensional dan paradoksal manusia
  2. Menyangkal bahwa manusia selalu melakukan evaluasi dan penilaian terhadap tindakannya
  3. Menafikan adanya tanggung jawab

Kebebasan 
Pengertian umum dari kebebasan adalah tidak adanya hambatan.
Pengertian khususnya adalah Penyempurnaan diri / Kesanggupan memilih dan memutuskan / Kemampuan mengungkapkan berbagai dimensi kemanusiaan.

     Jenis-jenis kebebasan :
  • Kebebasan horizontal : Berkaitan dengan kesenangan dan kesukaan, bersifat spontan
  • Kebebasan Vertikal : Pilihan moral, pertimbangan tujuan, tingkatan nilai
  • Kebebasan eksistensial : Kebebasan positif, lambang martabat manusia
  • Kebebasan sosial : Terkait dengan orang lain

     Nilai humanistik dalam kebebasan eksistensial :
  • Melibatkan pertimbangan
  • Mengedepankan nilai kebaikan
  • Menghidupkan otonomi
  • Menyertakan tanggung jawab
Terdapat beberapa batasan dalam kebebasan sosial, berikut 4 alasan adanya batasan tersebut :
1. Menyertakan pengertian
2. Memberi ruang bagi kebebasan eksistensial
3. Menjamin pelaksanaan keadilan bagi masyarakat
4. Terkait dengan hakikat manusia sebagai makhluk sosial

Sejarah Perkembangan Masalah Kebebasan 
     Jawaban yang diberikan Filsafat Yunani atas masalah kebebasan tidak memuaskan, hal tersebut disebabkan karena : - Adanya pandangan bahwa semua hal berada dibawah "nasib", "kehendak mutlak" yang mengatasi manusia. Jadi, tidak ada pertanggungjawaban manusia atas tindakannya.
                               - Menurut pemikiran Yunani, Manusia adalah bagian alam, maka harus mengikuti hukum umum yang mengaturnya.
                               - Manusia terpengaruh oleh sejarah yang bergerak secara siklis.

   Pada abad pertengahan, masalah kebebasan dilihat dalam perspektif teosentrik. Kemudian pada zaman modern, perspektif teosentrik digantikan oleh perspektif antroposentrik. Pada era kontemporer, kebebasan kembali dipermasalahkan dari sudut pandang sosial. Kebebasan dalam pemikiran Timur cenderung dilihat sebagai pembebasan dari kendala keinginan egoistik dan dari kecemasan untuk mencapai kesatuan dan pengendalian diri. 

Kesimpulannya, manusia itu sebenarnya beb as, tetapi ada batsannya. karena pengertian bebas sendiri relatif, dan manusia selalu hidup berdampingan dengan peraturan tertentu. 

Sumber : Kuliah Pak Bonar Hutapea


Filsafat Manusia : Jiwa dan Badan

     Badan dan Jiwa adalah satu kesatuan yang membentuk pribadi manusia dan membuat manusia menjadi pribadi yang utuh. 
     Ada 2 aliran yang melihat badan dan jiwa secara bertolak belakang 
1. Monoisme 
     Arti dari monoisme adalah Aliran yang menolak pandangan bahwa badan dan jiwa merupakan dua unsur yang terpisah. Badan dan jiwa adalah 1 substansi yang membentuk pribadi manusia.
     Ada 3 bentuk dalam aliran ini :
     a. Materialisme = Materi sebagai dasar bagi segala hal yang ada (fisikalisme). Jiwa bersumber dari        materi, tetapi eksistensi jiwa bersifat kronologis.
     b. Teori Identitas = Mengakui aktivitas mental manusia, letak perbedaan jiwa dan badan hanya pada arti, tetapi bukan referensi. 
     c. Idealisme = Ada hal yang tak dapat diterangkan berdasarkan materi, seperti pengalaman, nilai dan makna. Rene Descartes dengan cogito ergo sumnya menjadi peletak dasar dari idealisme. 

2. Dualisme 
     Pengertian dari dualisme adalah badan dan jiwa adalah 2 elemen yang berbeda dan terpisah. 
     Ada 4 cabang dalam dualisme : 
     a. Interaksionisme = Fokus pada hubungan timbal balik antara badan dan jiwa. 
     b. Okkasionalisme = Memasukkan dimensi ilahi dalam membicarakan hubungan badan dan jiwa.
     c. Paralelisme = Sistem kejadian ragawi terdapat di alam, sedangkan sistem kejadian kejiwaan ada pada  jiwa manusia.
     d. Epifenomenalisme = Melihat hubungan jiwa dan badan dari fungsi syaraf.

Tanggapan singkatnya : 
1. Pandangan monoisme bertentangan dengan hakekat manusia sesungguhnya. Seperti kata Plato, badan dan jiwa punya sifat yang berbeda, badan sementara, dan jiwa abadi. 
2. Pandangan dualisme, khususnya paralelisme sulit diterima. Perbuatan baik muncul dari niat yang baik, manusia adalah makhluk rohani dan jasmani sekaligus.

Badan Manusia 
     Badan adalah elemen mendasar dalam membentuk pribadi manusia. Secara tradisional, Badan dipandang sebagai kumpulan berbagai entitas material yang membentuk makhluk. Tetapi pandangan ini tidak memberikan pandangan utuh tentang manusia. 
     Hakekat badan pertama-tama bukan terletak pada dimensi materialnya, tetapi dalam seluruh aktivitas entitas yang terjadi dalam badan.

Jiwa Manusia
     Badan manusia tidak ada apa-apanya tanpa jiwa. Dalam pandangan tradisional, jiwa adalah makhluk halus, tidak bisa ditangkap indera. konsep ini ditolak karena menempatkan jiwa manusia diluar hakekatnya. Jiwa haruslah dipahami sebagai kompleksitas kegiatan mental manusia.

     James P Pratt menunjuk ada 4 kemampuan dasar jiwa manusia : 
     1. Menghasilkan kualitas penginderaan
     2. Mampu menghasilkan makna yang berasal dari penginderaan khusus
     3. Mampu memberi tanggapan terhadap hasil penginderaan
     4. Memberi tanggapan pada proses yang terjadi dalam pikiran demi kebaikan. 

     Agustinus : Manusia hanya bisa melakukan penilaian terhadap tindakannya karena dorongan dari jiwa. Jiwalah yang mendorong manusia untuk melakukan hukum-hukum moral yang diketahui. Kemampuan jiwa menunjukkan bahwa kegiatan manusia bukan mekanistik. 

Kesimpulannya, Realitas manusiawi terbentuk dari 2 elemen, yaitu material dan spiritual. Badan dan jiwa adalah satu kesatuan yang membentuk eksistensi manusia, keduanya saling melengkapi.


Sumber : Kuliah Pak Raja oloan Tumanggor


Sekian dulu untuk materinya. Materinya silahkan ditunggu yaaaa, jangan lupa Commentnya, makasih.....

Kamis, 25 September 2014

Pertemuan Keenam

Hai hai, gak disangka postingan saya udah sampai yang ke 6 nih, gimana? yang sebelumnya oke-oke kan? Semoga selalu bermanfaat bagi kalian semua ya. Kali ini saya akan memberikan rangkuman dari materi yang diberikan pada hari Selasa, 23 September 2014 kemarin. berikut rangkumannya :


Etika dan Moral 

     Etika dan Moral berasal dari bahasa Yunani, yang secara etimologis  adalah Ethos (watak), dan Moral berasal dari kata Mos (tunggal), dan Moris (jamak). Kedua hal tersebut diartikan sebagai kesusilaan. Obyek material dari etika adalah tingkah laku. Sedangkan obyek formalnya adalah kebaikan dan keburukan tingkah laku.
     Etika dibagi menjadi 2 : 
1. Etika Perangai
     Tingkah laku individu berdasarkan adat istiadat dan kebiasaan.
2. Etika Moral
     Tingkah laku manusia berkenaan dengan kebiasaan berprilaku baik dan benar berdasarkan kodrat manusia.

     Berdasarkan kajian ilmu, Etika :
1. Etika Normatif : Mempelajari secara kritits dan metodi norma-norma yang ada.
2. Etika Fenomenologis : Mempelajari secara kritis dan metodis gejala-gejala moral.

     Tujuan dari mempelajari etika adalah untuk menyamakan presepsi tentang penilaian perbuatan baik dan perbuatan buruk dalam ruang dan waktu tertentu.

     Etika Deskriptif
Membahas apa yang dipandang, melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas, serta etika deskriptif mempelajari moralitas yang terdapat pada individu dan kebudyaan atau subkultur tertentu.

     Etika Normatif
Berbicara tentang apa yang seharusnya dilakukan dan juga berbicara mengenai pelbagai norma yang menuntun tingkah laku manusia. 

     Metaetika
Kata Meta berasal dari bahasa Yunani yang berarti "setelah". Kalau Metabahasa berarti bahasa yang dipakai dalam berbicara tentang bahasa. Istilah ini menunjukkan bahwa yang dibahas adalah ucapan-ucapan di bidang moralitas.

     Etika dijabarkan menjadi 2, yaitu :
1. Etika umum --> Berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar, teori-teori etika, dan prinsip-prinsip moral                dasar.
2. Etika khusus --> Merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus. 

Profesi 
Artinya pekerjaan yang mengandalkan keterampilan dan keahlian khusus. 
Etika profesi, merupakan etika sosial yang menyangkut hubungan antar manusia dalam satu lingkup profesi dan masyarakat pengguna profesi tersebut. 

Ciri-ciri etika profesi : 
1. Adanya pengetahuan khusus
2. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi
3. Mengabdi pada kepentingan masyarakat
4. Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi
5. Menjadi anggota dari suatu profesi

Prinsip-prinsip dalam etika profesi adalah tanggung jawab, keadilan, dan otonomi.
Kode etik = norma yang diterima suatu kelompok tertentu sebagai landasan tingkah laku.

Berikut merupakan aliran-aliran dalam etika : 
1. Eudemonisme : Dari bahasa Yunani > eu+daimon (semangat baik). Pandangan ini menekankan bahwa kebaikan tertinggi manusia terletak pada kebahagiaan atau situasi yang secara umum baik. 
2. Hedonisme : Dari bahasa Yunani > Hedone (kenikmatan). Menyatakan bahwa kesenangan adalah tujuan hidup manusia.
3. Egoisme : Kesenangan diri sendiri menjadi target usaha seseorang.
4. Utilitarianisme : Dari bahasa latin > Uti (menggunakan) dan utilis (yang berguna). Merupakan bentuk hedonisme yang digeneralisir.
5. Deontologisme : Dari bahasa Yunani > Deon+logos (Ilmu tentang kewajiban moral). Adalah etika kewajiban yang didasarkan pada intuisi manusia tentang prinsip-prinsip moral.
6. Etika siituasi : Kebenaran suatu tindakan ditemukan dalam situasi konkret individual. 

Ada perbedaan antara moral dan etika, yaitu : Moral digunakan untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika digunakan untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang ada.

Ada perbedaan antara etika dan etiket, yaitu : Etika menyangkut "cara" suatu perbuatan harus dilakukan. Sedangkan etiket hanya berlaku dalam pergaulan. Kemudian etiket bersifat lebih relatif, etika bersifat absolut. 

Ada lagi perbedaan antara etika dan hukum : Hukum lebih dikodifikasi daripada etika, etika tidak dikodifikasi. 

Dan yang terakhir adalah bedanya etika dengan agama : Etika hanya didasarkan pada argumentasi rasional, tetapi agama bertitik tolak dari wahyu Tuhan melalui Kitab Suci.


Sumber : Kuliah Pak Carolus Suharyanto


Filsafat Manusia 

     Filsafat Manusia merupakan bagian filsafat yang mengupas arti manusia atau esensi manusia. 
Gunanya belajar filsafat manusia adalah karena manusia wajib menyelidiki arti yang dalam dari "yang ada". Agar kita lebih mengerti tentang diri kita sendiri. 

     Filsafat manusia itu relevan, karena manusia itu dinamis, misteri dan paradoksal, sehingga masih dibutuhkan filsafat manusia. Alasannya karena : Dengan bertanya, manusia mewujudkan hakikat kemanusiannya, Dengan mendalami manusia, manusia mengenal dirinya lebih baik, dan sebagai konsekuensinya, filsafat manusia membuat manusia semakin bertanggung jawab terhadap dirinya dan sesama.

Metode Filsafat Manusia, yaitu Refleksi, Analisa transendental dan sintesa. Ada juga Ekstensif, Intensif, dan Kritis.

Objek Filsafat Manusia :
Objek Materail : Manusia
Objek Formal : Esensi manusia, strukturnya yang fundamental.

Ungkapan Max Scheler dan Heidegger : "Tidak ada zaman, seperti zaman sekarang, dimana manusia menjadi oertanyaan bagi dirinya sendiri atau menjadi problematik bagi dirinya. Tak ada pula masa dimana ditengah kemajuan yang pesat mengenai manusia, manusialah paling kurang tahu tentang dirinya dan tentang identitasnya." 

Pertanyaan mengenai manusia, datang dari rasa kekaguman, ketakjuban, frustasi, delusi, dan pengalaman negatif.

"Aku menjadi masalah besar bagi diriku" Kata Agustinus yang sedih karena kematian temannya

"Karena kita adalah manusia yang akan mati, kita tidak akan puas dengan perubahan formasi sosial melulu, tetapi kita ingin mengetahui persoalan pribadi" Adam Schaft

Apa sajakah yang akan dibahas dalam Filsafat Manusia? berikut pembagiannya :
  • Mencari kekhasan manusia
  • Manusia sebagai "ada-di-dunia"
  • Evolusi 
  • Antarsubyektivitas (sosialitas manusia)
  • Manusia sebagai eksistensi bertubuh
  • Transendensi
  • Manusia sebagai roh
  • Pengetahuan manusia
  • Kebebasan
  • Kesejarahan/Historisitas
  • Kebudyaan, sains dan teknologi
  • Dimensi antropologis dari pekerjaan
  • manusia sebagai pribadi/pesona
  • Kematian dan harapan

Sumber : Kuliah Pak Bonar Hutapea 

Senin, 22 September 2014

Pertemuan Kelima

Halo semuanya, kali ini saya akan ngepost materu pada hari Senin 22 September 2014 tadi. berikut materunya, disimak yaaa....


Silogisme 

     Silogisme adalah suatui simpulan dimana dari dua premis disimpulkan menjadi suatu putusan yang baru. Prinsipnya disini adalah bila premis benar, maka simpulannya benar. 
     Silogisme ada 2 jenis :
1. Silogisme Kategoris = premis simpulannya adalah putusan kategoris (pernyataan tanpa syarat)
     Bentuk-bentuk silogisme kategoris tunggal :
     - M adalah  dalam premis mayor dan P dalam premis minor. Aturan : premis minor harus sebagai penegasan, sedang premis mayor bersifat umum.
Contoh : M-P Setiap tumbuhan dapat layu (Mayor)
              S-M Mawar adalah tumbuhan (Minor)
              S-P Jadi, mawar dapat layu (Simpulan)
     - M jadi P dalam premis mayor dan minor. Aturan : salah satu premis harus negatif, premis mayor bersifat umum.
Contoh : P-M Anto adalah laki-laki (Mayor)
              S-M Ani bukan laki-laki (Minor)
              S-P Ani bukan Anto (Simpulan)    
     - M menjadi S dalam premis mayor dan minor. Aturan : premis harus berupa penegasan dan simpulannya bersifat partikular. 
Contoh : M-P Murid itu orang yang miskin (Mayor)
              M-S Ada murid yang orang malas (Minor)
              S-P Jadi sebagian murid malas itu muridrang yang miskin (Simpulan)
     - M adalah P dalam premis mayor dan S dalam premis minor. Aturan : premis harus berupa penegasan, sedangkan simpulan bersifat partikular.
Contoh : P-M Lagu itu indah (Mayor)
              M-S Semua lagu menghilangkan stress (Minor) 
              S-P Jadi, sebagian yang menghilangkan stress itu lagu (simpulan)

2. Silogisme Kategoris Majemuk = bentuk silogisme yang premisnya sangat lengkap, dan terdiri lebih dari 3 premis.
Jenis-jenisnya : 
     - Epichrema : Salah satu atau kedua premisnya disertai alasan.
Contoh : Semua anjing bagus adalah anjing jinak, karena sulit melatihnya.
              Anjing Tono itu adalah anjing baik, karen sangat terlatih dan terawat.
              Jadi, Anjing Tono adalah anjing jinak.

     - Enthymema : Dalam penalarannya tidak menyatakan seua premis secara eksplisit. Ada premis / simpulannya yang dilampaui. 
Contoh : Manusia super itu tidak akan sakit
              Superman adalah manusia super
              Maka, Superman tidak akan sakit.

     - Polisilogisme : Simpulan silogismenya yang satu menjadi premis untuk silogisme yang lainnya.
Contoh : Seorang yang tidak beriman merasa hampa. Dono adalah orang yang tidak beriman. Jadi, Dono merasa hampa.

     - Sorites : premisnyta lebih dari 2. Predikat dari putusan yang satu jadi subjek ptusan berikutnya.
Contoh : Burung yang bisa terbang, selalu terbang kesana-kemari.
              Burung yang selalu terbang kesana-kemari, memiliki sayap yang kuat dan berbadan kecil.
              Jadi, burung yang bisa terbang, memiliki sayap yang kuat dan berbadan kecil. 

     Hukum Silogisme Kategoris (Tentang isi dan luas S dan P)
1. Silogisme tidak boleh mengandung lebih ataupun kurang dari 3 term (S, M, P)
2. M tidak boleh masuk dalam kesimpulan
3. Term S dan P dalam simpulan tidak boleh lebih luas dari premis-premisnya.    


Sumber : Kuliah Pak Carolus Suharyanto          


Kesesatan Pemikiran (Fallacia)

Fallacia adalah kesalahan pemikiran kesimpulan dalam logika. 
> Kesesatan formal adalah pelanggaran terhadap kaidah logika.
> Keseatan informal menyangkut kesesatan dalam bahasa. 
> Penempatan kata depan yang keliru.
> Mengacu posisi subjek atau predikat
> Ungkapan yang keliru.
> Amfiboli : Kesesatan karena struktur kalimat bercabang.
> Kesesatan aksen/prosodi : Kesesatan karena penekanan yang salah dalam pembicaraan.
> Kesesatan bentuk pembicaraan : Sesat karena disimpulkan kesamaan konstruksi juga berlaku bagi yang lain. 
> Kesesatan Aksiden : Dikacaukan dengan hal yang hakiki.
> Kesesatan karena alasan yang salah : Konklusi ditarik dari premis yang tak relevan.

Kesesatan Presumsi
- Generalisasi tergesa-gesa
Non sequitur (belum tentu)
- Analogi palsu
- Penalaran melingkar (petitio principii)
- Deduksi cacat 
- Pikiran soimplistis

Menghindari Persoalan 
  • Argumentum ad hominem : Timbul kekerasan karena argumentasi yang dialihkan ke orang lain.
  • Argumentum ad populum : Ditujukan kepada banyak orang cara menggugah perasaan mereka agar mendukung argumentasinya
  • Argumentasi ad misericordiam : Timbul karena argumentasi dialihkan ke rasa belas kasihan
  • Argumentum ad baculum :Terjadi karena ancaman
  • Argumentum ad auctoritatem : Timbul karena dukungan dokumentasinya didapatkan dari kewenangan.
  • Argumentum ad ignorantiam : Argumentasi didasarkan pada ketidaktahuan.
  • Argumen untuk Keuntungan Seseorang 
  • No Causa Pro Causa : Orang salah menentukan penyebabnya
Kesesatan Retoris
  • Eufemisme / Disfemisme : Salah benar tergantung pada kepentingannya
  • Penjelasan retorik : Digunakan untuk mengekspresikan atau mempengaruhi sikap.
  • Stereotype : Pemikiran sekelompok orang dengan bukti yang minim, atau bahkan tanpa bukti.
  • Innuendo : Sindiran tak langsung.
  • Loading question : Dalam pertanyaan yang diajukan tersirat muatan jawaban.
  • Weaseler : Metode linguistik untuk keluar dari kesulitan. 
  • Downplay : Upaya untuk merendahkan / menyindir orang.
  • Lelucon/Sindiran : Gaya retorika yang cukup berpengaruh
  • Hiperbola : Pernyataan yang terlalu berlebihan
  • Pengandaian Bukti : Ekspresi yang digunakan untuk memberi sugesti bahwa ada otoritas untuk sebuah pernyataan, tanpa menyebutkan bukti yang dimaksud.
  • Dilema Semu : Kebingungan dalam memilih dari pilihan yang ada.

Sumber : Kuliah Pak Carolus Suharyanto


Sekian dulu untuk hari ini, mohon Commentnya yaaaaa, semoga bbermanfaat juga, terima kasih... :D