Translate

Sabtu, 04 Oktober 2014

Pertemuan Kedelapan

Hiii, lama tak jumpa, karena sebelumnya sedang hari UTS dan ada Field Trip ke Kampung Betawi, jadi sekarang baru sempat ngeblog lagi nih, berikut materi yang didapatkan kemarin, Jumat, 3 Oktober 2014....

Eksistensialisme Menurut
Kierkegaard

     Secara etimologis yaitu ex (keluar), sistentia (berdiri). Jadi jika dikatan manusia bereksistensi berarti manusia baru menemukan diri sebagai aku dengan keluar dari dirinya sendiri. Pusat diri seseorang terletak diluar dirinya, Ia menemukan pribadinya dengan seolah-olah keluar dari dirinya. Yang bisa bereksistensi hanyalah manusia, dan juga eksistensi tidak bisa disamakan dengan "berada".
     Eksistensialisme dari segi isi merupakan gaya berfilsafat. Filsafat harus bertitik tolak pada manusia konkrit, manusia sebagai eksistensi, maka bagi manusia eksistensi mendahului esensi. 

     Berikut ciri-ciri eksistensionalisme : 
1. Motif pokoknya dalah eksistensi, cara manusia berada.
2. Bereksistensi harus diartikan secara dinamis, karena bereksistensi berarti menciptakan diri secara aktif, berbuat, me njadi, merencanakan. 
3. Mansia dipandang terbuka, belum selesai, karena terikat pada dunia sekitarnya, khususnya pada sesamanya.
4. Memberi penekanan pada pengalaman konkrit.

Tentang Kierkegaard



     Nama kengkapnya adalah Soren Aabye Kierkegaard, lahir di Kopenhagen, Denmark 15 Mei 1813. Ia belajar teologi di universitas Kopenhagen, namun tidak selesai. Terutama saat 3 saudaranya, ayah, dan ibunya meninggal Ia mengalami krisis. Kierklegaard sempat menjauh dari temannya dan agama, sempat juga bertunangan dengan Regina Olsen, tetapi tidak jadi menikah. Kemudian pada tahun 1849 Ia kembali lagi ke agamanya (kristen). Ia meninggal pada tahun 1855 sebagai orang yang religius dan dipandang sebagai tokoh di gerejanya. Kierkegaard juga dikenal sebagai bapak eksistensialisme, aliran filsafat yang berkembang 50 tahun setelahj kematiannya.

     Pokok-pokok ajaran Kierkegaard :
* Kritiknya terhadap Hegel : Kierkegaard memandang Hegel sebagai pemikir besar, tapi ada satu hal yang dilupakannya. Menurut Kierkegaard eksistensi manusia itu individual dan konkret, Manusia tidak dapat dibicarakan pada umumnya atau menurut hakekatnya, karena manusia itu special, khusus, khas, tidak ada pada umumnya.
* Yang ada itu adalah manusia konkret yang semua penting, berbeda dan berdiri di hadapan Tuhan, manusia itu eksistensi.
* Menurt Kierkegaard eksistensi berarti merealisir diri, mengikat diri dengan bebas, dan mempraktekkan keyakinannya dan mengisi kebebasannya.
* Hanya manusia yang bereksistensi, karena dunia, binatang, serta Tuhan sekalipun hanya "ada". Tetapi manusia harus bereksistensi, yakni menjadi seperti Ia ada. 
* Ada 3 cara bereksistensi (3 sikap terhadap hidup) : Sikap estetis, etis, dan religius.
     1. Sikap Estetis : Cara hidup yang amat bebas, merengguh sebanyak mugkin kenikmatan yang dikuasai oleh perasaan.
     2. Sikap Etis : Sikap menerima kaidah-kaidah moral, suara hati dan memberi arah pada hidup. 
     3. Sikap Religius : Berhadapan dengan Tuhan, karena manusia religius percaya pada Allah. 

Pernyataan Parmenides hingga Hegel : 'Berpikir sama dengan berada', ditolak oleh Kierkegaard, karena menurutnya 'percaya itu sama dengan menjadi'. Manusia memilih eksistensinya entah sebagai penonton yang pasif, atau sebagai pemain/individu yang menentukan sendiri eksistensinya dengan mengisi kebebasannya.

     Setiap orang adalah campuran dari ketakterhinggaan dan keterhinggaan. Manusia hidup dalam 2 dimensi sekaligus, yaitu keabadian dan waktu. Kedua dimensi itu bertemu dalam "saat'. Saat adalah titik dimana waktu dan keabadian bersatu. Kita menjadi eksistensi dalam saat, yaitu saat pilihan. Pilihan itu suatu loncatan dari waktu ke keabadian. 

     Eksistensi manusia dalah tugas yang harus dijalani dengan kesejatian sehingga orang tidak tampil dengan semua. Jika eksistensi adalah suatu tugas, Ia harus dihayati sebagai suatu yang etis dan religius dan disertai oleh tanggung jawab.

     Publik bagi Kierkegaard hanya abstraksi belaka, bukan realitas. Publik menjadi berbahaya bila itu dianggap nyata. 
     Orang yang sering berusaha menggabungkan diri dalam kelompok membuktikan bahwa orang itu tidak berani tampil sendiri, mereka dalah orang-orang lemah. Mengandalkan diri pada kekuatan numerik adalah kelemahan etis. Kierkegaard bukannya menolak adanya kemungkinan bagi manusia untuk bergabung dengan yang lain, "hanya setelah individu itu mencapai sikap etis barulah penggabungan bersama dapat disarankan. Kalau tidak, penggabungan individu yang lemah sama memuakkan seperti perkawinan antara anak-anak."


Sumber : Kuliah Pak Raja Oloan Tumanggor 
               https://22sabil8.wordpress.com/2014/03/07/kierkegaard-dan-manusia-religius/


Eksistensialisme 
Jean Paul Sartre

Tentang Jean Paul Sartre 




     Ia lahir di Paris tahun 1905, Ketian tahun 1929 Sartre menjadi guru, Baru pada tahun 1931-1936 Ia menjadi dosen Filsafat di Le Harve. Pada tahun 1941 Sartre sempat menjadi tawanan perang, namun setahun setelahnya, 1942-1944 Ia menjadi dosen di Loycee Pasteur. Sartre banyak menulis karya filsafat dan sastra, Ia dipengaruhi oleh Husserl dan Heidegger. 

     Pemikiran Filsafat Sartre
> Sulit menjabarkan pemikiran filsafat Sartre secara singkat
> Bagi Sartre, manusia mengada dengan kesadaran sebagai dirinya sendiri.
> Untuk manusia, eksistensi adalah keterbukaan, beda dengan benda lain yang keberadaannya sekaligus berarti esensinya. Eksistensi mendahului esensi.
> Asas pertama untuk memahami manusia harus mendekatinya sebagai subyektivitas. Apapun makna yang diberikan pada eksistensinya, manusia sendirilah yang bertanggung jawab.
> Tanggung jawab yang menjadi beban kita jauh lebih besar dari sekedar tanggung jawab terhadap diri kita sendiri. 
> Sartre membedakan kata "berada dalam diri" dengan "berada untuk diri". Berada dalam diri berarti berada  dalam dirinya, berada itu sendiri. Kalau berada untuk diri berarti berada dengan sadar akan dirinya, yaitu cara berada manusia. Biasanya kesadaran kita bukan kesadaran akan diri, melainkan kesadaran diri.
> Jika kita secara refleksif meginsyafi cara kita mengarahkan diri pada objek, kesadaran kita diberi bentuk kesadaran akan diri.
> Tuhan tidak terlibat dalam putusan yang diambil oleh manusia, karena manusia adalah kebebasan dan bertanggungjawab.
> Tanpa kebebasan eksistensi manusia menjadi absurd. 


   Berikut terdapat beberapa kenyataan yang mengurangi kebebasan manusia : 

1. Tempat kita berada : Situasi yang memberi struktur pada kita, tetapi juga kita beri struktur.
2. Masa lalu : Tidak mungkin meniadakannya karena masa lalu menjadikan kita sebagaimana kita sekarang.
3. Lingkungan sekitar
4. Kenyataan adanya sesama manusia dengan eksistensinya sendiri.
5. Maut : Tidak bisa ditunggu saat tibanya, walaupun pasti akan tiba.


     Dalam eksistensi manusia, kehadiran selalu menjelma sebagai wujud yang bertubuh. Tubuh mengukuhkan kehadiran manusia. Tubuh sebagai orientasi mengukuhkan kehadiran kita sebagai eksistensi. 

     Komunikasi merupakan suatu hal yang aprior, tak mungkin tanpa adanya sengketa, karena setiap kali orang menemui orang lain pada akhirnya akan terjadi saling obyektifikasi, yang seorang seolah-olah membekukan orang lain. 

     Sedangkan cinta adalah bentuk hubungan keinginan saling memiliki (objek cinta). Akhirnya cinta bersifat sengketa karena obyektifikasi yang tak terhindarkan.


Sumber : Kuliah Pak Carolus Suharyanto

               http://philosophyofscienceportal.blogspot.com/2012/09/jean-paul-sartrein-camera-aka-no-exit_7.html

14 komentar:

  1. wah blognya bagus nih lengkap :) 100 yaahh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih banyak ya atas penilaiannya, hahaha

      Hapus
  2. GILA SALLLLLL!!!! BAGUS BANGET SIH, ISINYA JG T O P BANGETTTT 100 YA BUAT KMU!!!!!

    BalasHapus
  3. pewarnaan dalam kata dan kaloimat yangmencakup dalam isi cukup bagus. menarik dan kreativitasnya ada. nilai 100 buat kamu dan kelompok ECSO. Gbu :)

    BalasHapus
  4. Lengkap banget blognyaaaa sal hehe
    100 yaaaa :))

    BalasHapus