Translate

Selasa, 07 Oktober 2014

Pertemuan Kesembilan

Haiii, berjumpa lagi!!!!!! Kali ini mungkin akan menjadi portingan terakhir saya, karena seiring berakhirnya KBK Filsafat. Maka, simak sebaik mungkin ya, hahaha


FILSAFAT PSIKOLOGI

     Filsafat merupakan induk dari semua ilmu pengetahuan, termasuk psikologi. Hingga abad 19, psikologi dikembangkan oleh para ahli filsafat yang pengamatannya dilandaskan pada refleksi abstrak dan spekulatif. Selanjutnya psikologi dirasakan perlu melakukan metode lain, yaitu metode empiris. Walaupun sudah berpisah dengan filsafat, psikologi masih memiliki hubungan dengan filsafat, khususnya menyangkut sifat, hakekat dan tujuan ilmu pengetahuan.

Tokoh Awal Psikologi
     Wilhelm Wundt, seorang ketua bagian filsafat di Universitas Liepzig Jerman, adalah pendiri psikologi yang mendirikan laboratorium psikologi pertama di dunia. Wundt bersama pengikutnya mengembangkan aliran strukturalisme dalam psikologi.
     William James dengan aliran fungsionalismenya, berpendapat bahwa psikologi harus meneliti secara mendalam bagaimana proses mental manusia itu berfungsi.
     Dan James Watseon dengan aliran behaviorismenya berpendapat bahwa psikologi harus mempelajari kejadian-kejadian dan perilaku disekelilingnya.

Landasan Filosofi berbagai aliran Psikologi
     Ontologi pada positivisme sejalan dengan dasar pemikiran yang digunakan oleh pendekatan behaviorisme. Pada pendekatan ini seorang ahli psikologi mengamati individu dari perilakunya.
     Dalam psikologi Gestalt, beberap[a tokohj terkemukanya antara lain Wolfgang Kohler, Kurt Koffka, dan Max Wertheimer. Psikologi Gestalt merupakan aliran yang cukup kuat dan padu. Falsafah yang dikemukakannya sangat mempengaruhi bentuk psikologi di Jerman, dan kelak sampai ke Amerika Serikat. Teori filosofik psikologingestalt dapat didekati dengan fenomenologi, Heidegger adalah seorang fenomenolog. Fenomenologi adalah deskripsi tentang data.
     Freud sangat terpengaruh oleh filsafat determinisme dan positivisme ilmu pengetahuan abad XIX
     Psikologi kognitif memiliki landasan filosofis rasionalisme, tokohnya adalah Rene Descartes, Spinoza, dan Liebniz.

Filsafat dan Konseling
* Esensialisme : Ada 3 aspek, yakni : rasionalisme, ideslisme, dan realisme. Asumsinya adalah bahwa manusia adalah satu-satunya makhluk hidup didunia yang memiliki akal untuk mengetahui dunianya dimana ia hidup.
* Progresivisme : Muncul sebagai akibat dari melunturnya kepercayaan terhadap konsep-konsep yang absolut. Para ahli memperhatikan hal-hal yang langsung dan khusus yang dapatdilihat sebagai realitas dan obyek yang dapat dilihat, yang realistis dan memnutuhkan pemecahan persoalan secara langsung
* Eksistensiaalisme : Konsep dasarnya menurut Blocher adalah kerinduan manusia untuk mencari sesuatu yang penting, sesuatu yang bermakna dalam dirinya. Eksistensi merupakan sesuatu yang paling bermakna didalam diri seseorang. Konseling dari sudut filsafat eksistensialistik ialah keterlibatan konmselor dalam usaha  merekonstruksi struktur pribadi yang bermakna pada klien.

Filsafat Ilmu dan Psikologi 
     Filsafat ilmu, sebagai salah satu cabang filsafat, memberikan sumbangan besar bagi perkembangan ilmu psikologi. Peran filsafat adalah supaya ilmuwan dapat semakin kritis terhadap pola kegiatan ilmiahnya sendiri, dan mengembangkannya sesuai kebutuhan masyarakat. Dan diharapkan pula agar psikolog  bisa menjadi ilmuwan yang rendah hati dan terhindar dari sikap saintisme. Filsafat juga bisa menegaskan akar historis ilmu psikologi. Teks-teks kuno dari filsafat juga bisa dijadikan pemikiran baru yang berguna bagi perkembangan ilmu psikologi. 

Etika dan Psikologi
     Etika juga cukup penting bagi perkembangan ilmu psikologi. Etika yang dimaksud adalah ilmu tentang moral. Seorang psikolog membutuhkan panduan etis didalam kerja-kerja mereka. 

Latar Belakang Psikologi
Aristoteles membagi ilmu pengetahuan teoritis atas fisika, matematika dan metafisika.Psikologi masuk kedalam fisika. Obyek penyelidikan psikologi mencakup hal-hal fisis atau alamiah. Psikologi secara khusus menyelidiki segolongan makhluk-makhluk fisis, yaitu makhluk-makhluk yang mempunyai jiwa. 


Filsafat terbagi menjadi beberapa zaman :
1. Yunani Kuno : pemikir Yunani adalah yang pertama berusaha menjelaskan "asal muasal" segala sesuatu dengan melihat ke alam, bukan dewa-dewa/mitologi. Terdapat 4 orientasi, yaitu orientasi naturalistik, biologik, matematik, eklektik dan humanistik. Beberapa tokohnya adlah Socrates, plato, dan Aristoteles.
2. Romawi : Filosofi Romawi tidak tersusun secara komprehensif seperti filosofi Yunani. Ada 3 aliran besar : Stoicism, Epicureanism dan Neo-Platonism
3. Gereja : Ada 2 tokoh besar pada zaman ini, yaitu St. Agustine dan St. Thomas Aquinas
4. Renaissance : Ada 3 tokoh besarnya, antara lain Francis Bacon, Rene Descartes dan Thomas Hobbes.
5. Asosianisme Lama : Tokoh besarnya adalah John Stuart Mill

Dari beberapa zaman filsafat diatas, terbagi menjadi 2 ilmu, yaitu ilmu semu dan ilmu faal.
1. Ilmu-ilmu semu : Terbagi menjadi beberapa hal, Phrenologi, Physiognomi, dan Mesmerisme.
2. Ilmu Faal : Beberapa tokoh-tokohnya adalah Sir Charles Bell, Francois Magendie, Marshal Hall, Johannes Peter Muller, Paul Broca, Gustav Theodor Fechner, Herman Ludwig Ferdinand von Helmoltz, Sir Francis Galton dan Emil Kraepelin. 

Kemudian dari kedua ilmu diatas, terbentuk suatu pandangan yang namanya Elementisme/Strukturalisme, 2 tokoh besarnya adalah Wilhelm Wundt dan muridnya, E.B. Titchener.

Berikut adalah aliran-aliran psikologi setelah Wundt (beserta tokohnya) :
1. Aliran Wurzburg (Oswald Kulpe)
2. Psikologi Gestalt (Karl Buhler)
3. Fungsionalisme (William James, John Dewey, James Mckeen Cattel dan Edward Lee Thorndike)
4. Behaviorisme (Ivan Petrovich Pavlov, John Broades Watson, Edward Chase Tolman, B.F.Skinner)
5. Psikologi Hormik/Purposif (William McDougall)
6. Teori Konvergensi (William Louis Stern)
7. Psikologi Gestalt (Max Wertheimer, Franz Brentano, Christian Von Ehrenfels, Kurt Koffka dan Wolfgang Kohler)


Sumber : Kuliah Pak Bonar Hutapea

Sekian postingan kali ini yaaaa......... 
Sampai Jumpa di Lain Waktu........

Sabtu, 04 Oktober 2014

Pertemuan Kedelapan

Hiii, lama tak jumpa, karena sebelumnya sedang hari UTS dan ada Field Trip ke Kampung Betawi, jadi sekarang baru sempat ngeblog lagi nih, berikut materi yang didapatkan kemarin, Jumat, 3 Oktober 2014....

Eksistensialisme Menurut
Kierkegaard

     Secara etimologis yaitu ex (keluar), sistentia (berdiri). Jadi jika dikatan manusia bereksistensi berarti manusia baru menemukan diri sebagai aku dengan keluar dari dirinya sendiri. Pusat diri seseorang terletak diluar dirinya, Ia menemukan pribadinya dengan seolah-olah keluar dari dirinya. Yang bisa bereksistensi hanyalah manusia, dan juga eksistensi tidak bisa disamakan dengan "berada".
     Eksistensialisme dari segi isi merupakan gaya berfilsafat. Filsafat harus bertitik tolak pada manusia konkrit, manusia sebagai eksistensi, maka bagi manusia eksistensi mendahului esensi. 

     Berikut ciri-ciri eksistensionalisme : 
1. Motif pokoknya dalah eksistensi, cara manusia berada.
2. Bereksistensi harus diartikan secara dinamis, karena bereksistensi berarti menciptakan diri secara aktif, berbuat, me njadi, merencanakan. 
3. Mansia dipandang terbuka, belum selesai, karena terikat pada dunia sekitarnya, khususnya pada sesamanya.
4. Memberi penekanan pada pengalaman konkrit.

Tentang Kierkegaard



     Nama kengkapnya adalah Soren Aabye Kierkegaard, lahir di Kopenhagen, Denmark 15 Mei 1813. Ia belajar teologi di universitas Kopenhagen, namun tidak selesai. Terutama saat 3 saudaranya, ayah, dan ibunya meninggal Ia mengalami krisis. Kierklegaard sempat menjauh dari temannya dan agama, sempat juga bertunangan dengan Regina Olsen, tetapi tidak jadi menikah. Kemudian pada tahun 1849 Ia kembali lagi ke agamanya (kristen). Ia meninggal pada tahun 1855 sebagai orang yang religius dan dipandang sebagai tokoh di gerejanya. Kierkegaard juga dikenal sebagai bapak eksistensialisme, aliran filsafat yang berkembang 50 tahun setelahj kematiannya.

     Pokok-pokok ajaran Kierkegaard :
* Kritiknya terhadap Hegel : Kierkegaard memandang Hegel sebagai pemikir besar, tapi ada satu hal yang dilupakannya. Menurut Kierkegaard eksistensi manusia itu individual dan konkret, Manusia tidak dapat dibicarakan pada umumnya atau menurut hakekatnya, karena manusia itu special, khusus, khas, tidak ada pada umumnya.
* Yang ada itu adalah manusia konkret yang semua penting, berbeda dan berdiri di hadapan Tuhan, manusia itu eksistensi.
* Menurt Kierkegaard eksistensi berarti merealisir diri, mengikat diri dengan bebas, dan mempraktekkan keyakinannya dan mengisi kebebasannya.
* Hanya manusia yang bereksistensi, karena dunia, binatang, serta Tuhan sekalipun hanya "ada". Tetapi manusia harus bereksistensi, yakni menjadi seperti Ia ada. 
* Ada 3 cara bereksistensi (3 sikap terhadap hidup) : Sikap estetis, etis, dan religius.
     1. Sikap Estetis : Cara hidup yang amat bebas, merengguh sebanyak mugkin kenikmatan yang dikuasai oleh perasaan.
     2. Sikap Etis : Sikap menerima kaidah-kaidah moral, suara hati dan memberi arah pada hidup. 
     3. Sikap Religius : Berhadapan dengan Tuhan, karena manusia religius percaya pada Allah. 

Pernyataan Parmenides hingga Hegel : 'Berpikir sama dengan berada', ditolak oleh Kierkegaard, karena menurutnya 'percaya itu sama dengan menjadi'. Manusia memilih eksistensinya entah sebagai penonton yang pasif, atau sebagai pemain/individu yang menentukan sendiri eksistensinya dengan mengisi kebebasannya.

     Setiap orang adalah campuran dari ketakterhinggaan dan keterhinggaan. Manusia hidup dalam 2 dimensi sekaligus, yaitu keabadian dan waktu. Kedua dimensi itu bertemu dalam "saat'. Saat adalah titik dimana waktu dan keabadian bersatu. Kita menjadi eksistensi dalam saat, yaitu saat pilihan. Pilihan itu suatu loncatan dari waktu ke keabadian. 

     Eksistensi manusia dalah tugas yang harus dijalani dengan kesejatian sehingga orang tidak tampil dengan semua. Jika eksistensi adalah suatu tugas, Ia harus dihayati sebagai suatu yang etis dan religius dan disertai oleh tanggung jawab.

     Publik bagi Kierkegaard hanya abstraksi belaka, bukan realitas. Publik menjadi berbahaya bila itu dianggap nyata. 
     Orang yang sering berusaha menggabungkan diri dalam kelompok membuktikan bahwa orang itu tidak berani tampil sendiri, mereka dalah orang-orang lemah. Mengandalkan diri pada kekuatan numerik adalah kelemahan etis. Kierkegaard bukannya menolak adanya kemungkinan bagi manusia untuk bergabung dengan yang lain, "hanya setelah individu itu mencapai sikap etis barulah penggabungan bersama dapat disarankan. Kalau tidak, penggabungan individu yang lemah sama memuakkan seperti perkawinan antara anak-anak."


Sumber : Kuliah Pak Raja Oloan Tumanggor 
               https://22sabil8.wordpress.com/2014/03/07/kierkegaard-dan-manusia-religius/


Eksistensialisme 
Jean Paul Sartre

Tentang Jean Paul Sartre 




     Ia lahir di Paris tahun 1905, Ketian tahun 1929 Sartre menjadi guru, Baru pada tahun 1931-1936 Ia menjadi dosen Filsafat di Le Harve. Pada tahun 1941 Sartre sempat menjadi tawanan perang, namun setahun setelahnya, 1942-1944 Ia menjadi dosen di Loycee Pasteur. Sartre banyak menulis karya filsafat dan sastra, Ia dipengaruhi oleh Husserl dan Heidegger. 

     Pemikiran Filsafat Sartre
> Sulit menjabarkan pemikiran filsafat Sartre secara singkat
> Bagi Sartre, manusia mengada dengan kesadaran sebagai dirinya sendiri.
> Untuk manusia, eksistensi adalah keterbukaan, beda dengan benda lain yang keberadaannya sekaligus berarti esensinya. Eksistensi mendahului esensi.
> Asas pertama untuk memahami manusia harus mendekatinya sebagai subyektivitas. Apapun makna yang diberikan pada eksistensinya, manusia sendirilah yang bertanggung jawab.
> Tanggung jawab yang menjadi beban kita jauh lebih besar dari sekedar tanggung jawab terhadap diri kita sendiri. 
> Sartre membedakan kata "berada dalam diri" dengan "berada untuk diri". Berada dalam diri berarti berada  dalam dirinya, berada itu sendiri. Kalau berada untuk diri berarti berada dengan sadar akan dirinya, yaitu cara berada manusia. Biasanya kesadaran kita bukan kesadaran akan diri, melainkan kesadaran diri.
> Jika kita secara refleksif meginsyafi cara kita mengarahkan diri pada objek, kesadaran kita diberi bentuk kesadaran akan diri.
> Tuhan tidak terlibat dalam putusan yang diambil oleh manusia, karena manusia adalah kebebasan dan bertanggungjawab.
> Tanpa kebebasan eksistensi manusia menjadi absurd. 


   Berikut terdapat beberapa kenyataan yang mengurangi kebebasan manusia : 

1. Tempat kita berada : Situasi yang memberi struktur pada kita, tetapi juga kita beri struktur.
2. Masa lalu : Tidak mungkin meniadakannya karena masa lalu menjadikan kita sebagaimana kita sekarang.
3. Lingkungan sekitar
4. Kenyataan adanya sesama manusia dengan eksistensinya sendiri.
5. Maut : Tidak bisa ditunggu saat tibanya, walaupun pasti akan tiba.


     Dalam eksistensi manusia, kehadiran selalu menjelma sebagai wujud yang bertubuh. Tubuh mengukuhkan kehadiran manusia. Tubuh sebagai orientasi mengukuhkan kehadiran kita sebagai eksistensi. 

     Komunikasi merupakan suatu hal yang aprior, tak mungkin tanpa adanya sengketa, karena setiap kali orang menemui orang lain pada akhirnya akan terjadi saling obyektifikasi, yang seorang seolah-olah membekukan orang lain. 

     Sedangkan cinta adalah bentuk hubungan keinginan saling memiliki (objek cinta). Akhirnya cinta bersifat sengketa karena obyektifikasi yang tak terhindarkan.


Sumber : Kuliah Pak Carolus Suharyanto

               http://philosophyofscienceportal.blogspot.com/2012/09/jean-paul-sartrein-camera-aka-no-exit_7.html