Translate

Sabtu, 27 September 2014

Pertemuan Ketujuh

Hallo semuaaaa!!! Ketemu lagi dengan saya. Kali ini saya akan mempostingkan materi kuliah pada hari Jumat, 26 September 2014. Disimak yaaa......


Manusia dan Afektifitasnya

   Afektivitas membuat manusia berbeda dengan tumbuhan, karena afektivitas membuat manusia "berada" di dunia dan berpartisipasi dengan orang lain. Manusia bisa mencintai, mengabdi dan menjadi kreatif juga karena adanya afektivitas.Afektivitas ada 2 kutub, positive dan negative. positive contohnya "cinta", sedangkan negative contohnya "benci". Kehidupan afektif bukan hanya menyangkut merasa saja, tapi juga menyangkut hal yang spiritual.
     Hidup afektif atau afektivitas adalah Seluruh perbuatan afektif yang dilakukan subyek sehingga subyek ditarik oleh obyek atau sebaliknya. Perbuatan afektif bersifat lebih pasif. 

     Catatan tentang cinta akan diri, sesama, dan Tuhan :
     Orang sering menganggap cinta diri sendiri adalah egoisme, maka dipandang tidak baik. Padahal cinta akan diri sendiri dapat ditemukan pada orang yang sanggup mencintai orang lain dengan sungguh-sungguh. Sesungguhnya sikap egoisme itu menolak setiap perhatian otentik pada orang lain, orang yang egois hanya mengambil mengambil untung dari apa saja. Contohnya saja jika kita mencintai Tuhan dengan seluruh jiwa atau hati kita, tidakkah itu sama dengan mengasingkan diri dari diri sendiri? Tentu saja tidak, karena Tuhan itu tidak melawan, Ia transenden dan imanen.
     Berikut kutipan pernyataan seorang tokoh, St. Agustinus : "Tuhan adalah pokok pangkal kepribadian kita masing-masing. Ia adalah dasar dalam mana semua manusia saling berkomunikasi. Semakin saya mendekati orang lain, maka makin saya mendekati tuhan. 


Sumber : Kuliah Pak Raja Oloan Tumanggor


KEBEBASAN

     Manusia mampu menghadirkan diri secara total di dunia dan memungkinkan untuk menentukan perbuatannya karena adanya eksistensi jiwa dalam tubuhnya. Dalam fungsi menentukan perbuatan, jiwa berhubungan dengan kehendak bebas. Jiwalah yang membuat manusia menjadi mahkluk bebas, dan kebebasan itulah yang mendasar bagi manusia dan merupakan penting humanisme.

"Sejarah manusia merupakan sejarah perjuangan kebebasan" Eric Fromm, The Fear of Freedom, 1960
Pernyataan tersebut berarti kebebasan menjadi bagian tak terpisahkan dari eksistensi manusia. 

Pandangan Determinisme
     Determinisme adalah Aliran yang menolak kebebasan sebagai kenyataan hidup bagi manusia. Setiap peristiwa disebabkan oleh peristiwa-peristiwa lainnya, seluruh kegiatan manusia berjalan menurut keharusan yang bersifat deterministik. 
     Kelemahan dari determinisme : 
  1. Menyangkal sifat multidimensional dan paradoksal manusia
  2. Menyangkal bahwa manusia selalu melakukan evaluasi dan penilaian terhadap tindakannya
  3. Menafikan adanya tanggung jawab

Kebebasan 
Pengertian umum dari kebebasan adalah tidak adanya hambatan.
Pengertian khususnya adalah Penyempurnaan diri / Kesanggupan memilih dan memutuskan / Kemampuan mengungkapkan berbagai dimensi kemanusiaan.

     Jenis-jenis kebebasan :
  • Kebebasan horizontal : Berkaitan dengan kesenangan dan kesukaan, bersifat spontan
  • Kebebasan Vertikal : Pilihan moral, pertimbangan tujuan, tingkatan nilai
  • Kebebasan eksistensial : Kebebasan positif, lambang martabat manusia
  • Kebebasan sosial : Terkait dengan orang lain

     Nilai humanistik dalam kebebasan eksistensial :
  • Melibatkan pertimbangan
  • Mengedepankan nilai kebaikan
  • Menghidupkan otonomi
  • Menyertakan tanggung jawab
Terdapat beberapa batasan dalam kebebasan sosial, berikut 4 alasan adanya batasan tersebut :
1. Menyertakan pengertian
2. Memberi ruang bagi kebebasan eksistensial
3. Menjamin pelaksanaan keadilan bagi masyarakat
4. Terkait dengan hakikat manusia sebagai makhluk sosial

Sejarah Perkembangan Masalah Kebebasan 
     Jawaban yang diberikan Filsafat Yunani atas masalah kebebasan tidak memuaskan, hal tersebut disebabkan karena : - Adanya pandangan bahwa semua hal berada dibawah "nasib", "kehendak mutlak" yang mengatasi manusia. Jadi, tidak ada pertanggungjawaban manusia atas tindakannya.
                               - Menurut pemikiran Yunani, Manusia adalah bagian alam, maka harus mengikuti hukum umum yang mengaturnya.
                               - Manusia terpengaruh oleh sejarah yang bergerak secara siklis.

   Pada abad pertengahan, masalah kebebasan dilihat dalam perspektif teosentrik. Kemudian pada zaman modern, perspektif teosentrik digantikan oleh perspektif antroposentrik. Pada era kontemporer, kebebasan kembali dipermasalahkan dari sudut pandang sosial. Kebebasan dalam pemikiran Timur cenderung dilihat sebagai pembebasan dari kendala keinginan egoistik dan dari kecemasan untuk mencapai kesatuan dan pengendalian diri. 

Kesimpulannya, manusia itu sebenarnya beb as, tetapi ada batsannya. karena pengertian bebas sendiri relatif, dan manusia selalu hidup berdampingan dengan peraturan tertentu. 

Sumber : Kuliah Pak Bonar Hutapea


Filsafat Manusia : Jiwa dan Badan

     Badan dan Jiwa adalah satu kesatuan yang membentuk pribadi manusia dan membuat manusia menjadi pribadi yang utuh. 
     Ada 2 aliran yang melihat badan dan jiwa secara bertolak belakang 
1. Monoisme 
     Arti dari monoisme adalah Aliran yang menolak pandangan bahwa badan dan jiwa merupakan dua unsur yang terpisah. Badan dan jiwa adalah 1 substansi yang membentuk pribadi manusia.
     Ada 3 bentuk dalam aliran ini :
     a. Materialisme = Materi sebagai dasar bagi segala hal yang ada (fisikalisme). Jiwa bersumber dari        materi, tetapi eksistensi jiwa bersifat kronologis.
     b. Teori Identitas = Mengakui aktivitas mental manusia, letak perbedaan jiwa dan badan hanya pada arti, tetapi bukan referensi. 
     c. Idealisme = Ada hal yang tak dapat diterangkan berdasarkan materi, seperti pengalaman, nilai dan makna. Rene Descartes dengan cogito ergo sumnya menjadi peletak dasar dari idealisme. 

2. Dualisme 
     Pengertian dari dualisme adalah badan dan jiwa adalah 2 elemen yang berbeda dan terpisah. 
     Ada 4 cabang dalam dualisme : 
     a. Interaksionisme = Fokus pada hubungan timbal balik antara badan dan jiwa. 
     b. Okkasionalisme = Memasukkan dimensi ilahi dalam membicarakan hubungan badan dan jiwa.
     c. Paralelisme = Sistem kejadian ragawi terdapat di alam, sedangkan sistem kejadian kejiwaan ada pada  jiwa manusia.
     d. Epifenomenalisme = Melihat hubungan jiwa dan badan dari fungsi syaraf.

Tanggapan singkatnya : 
1. Pandangan monoisme bertentangan dengan hakekat manusia sesungguhnya. Seperti kata Plato, badan dan jiwa punya sifat yang berbeda, badan sementara, dan jiwa abadi. 
2. Pandangan dualisme, khususnya paralelisme sulit diterima. Perbuatan baik muncul dari niat yang baik, manusia adalah makhluk rohani dan jasmani sekaligus.

Badan Manusia 
     Badan adalah elemen mendasar dalam membentuk pribadi manusia. Secara tradisional, Badan dipandang sebagai kumpulan berbagai entitas material yang membentuk makhluk. Tetapi pandangan ini tidak memberikan pandangan utuh tentang manusia. 
     Hakekat badan pertama-tama bukan terletak pada dimensi materialnya, tetapi dalam seluruh aktivitas entitas yang terjadi dalam badan.

Jiwa Manusia
     Badan manusia tidak ada apa-apanya tanpa jiwa. Dalam pandangan tradisional, jiwa adalah makhluk halus, tidak bisa ditangkap indera. konsep ini ditolak karena menempatkan jiwa manusia diluar hakekatnya. Jiwa haruslah dipahami sebagai kompleksitas kegiatan mental manusia.

     James P Pratt menunjuk ada 4 kemampuan dasar jiwa manusia : 
     1. Menghasilkan kualitas penginderaan
     2. Mampu menghasilkan makna yang berasal dari penginderaan khusus
     3. Mampu memberi tanggapan terhadap hasil penginderaan
     4. Memberi tanggapan pada proses yang terjadi dalam pikiran demi kebaikan. 

     Agustinus : Manusia hanya bisa melakukan penilaian terhadap tindakannya karena dorongan dari jiwa. Jiwalah yang mendorong manusia untuk melakukan hukum-hukum moral yang diketahui. Kemampuan jiwa menunjukkan bahwa kegiatan manusia bukan mekanistik. 

Kesimpulannya, Realitas manusiawi terbentuk dari 2 elemen, yaitu material dan spiritual. Badan dan jiwa adalah satu kesatuan yang membentuk eksistensi manusia, keduanya saling melengkapi.


Sumber : Kuliah Pak Raja oloan Tumanggor


Sekian dulu untuk materinya. Materinya silahkan ditunggu yaaaa, jangan lupa Commentnya, makasih.....

Kamis, 25 September 2014

Pertemuan Keenam

Hai hai, gak disangka postingan saya udah sampai yang ke 6 nih, gimana? yang sebelumnya oke-oke kan? Semoga selalu bermanfaat bagi kalian semua ya. Kali ini saya akan memberikan rangkuman dari materi yang diberikan pada hari Selasa, 23 September 2014 kemarin. berikut rangkumannya :


Etika dan Moral 

     Etika dan Moral berasal dari bahasa Yunani, yang secara etimologis  adalah Ethos (watak), dan Moral berasal dari kata Mos (tunggal), dan Moris (jamak). Kedua hal tersebut diartikan sebagai kesusilaan. Obyek material dari etika adalah tingkah laku. Sedangkan obyek formalnya adalah kebaikan dan keburukan tingkah laku.
     Etika dibagi menjadi 2 : 
1. Etika Perangai
     Tingkah laku individu berdasarkan adat istiadat dan kebiasaan.
2. Etika Moral
     Tingkah laku manusia berkenaan dengan kebiasaan berprilaku baik dan benar berdasarkan kodrat manusia.

     Berdasarkan kajian ilmu, Etika :
1. Etika Normatif : Mempelajari secara kritits dan metodi norma-norma yang ada.
2. Etika Fenomenologis : Mempelajari secara kritis dan metodis gejala-gejala moral.

     Tujuan dari mempelajari etika adalah untuk menyamakan presepsi tentang penilaian perbuatan baik dan perbuatan buruk dalam ruang dan waktu tertentu.

     Etika Deskriptif
Membahas apa yang dipandang, melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas, serta etika deskriptif mempelajari moralitas yang terdapat pada individu dan kebudyaan atau subkultur tertentu.

     Etika Normatif
Berbicara tentang apa yang seharusnya dilakukan dan juga berbicara mengenai pelbagai norma yang menuntun tingkah laku manusia. 

     Metaetika
Kata Meta berasal dari bahasa Yunani yang berarti "setelah". Kalau Metabahasa berarti bahasa yang dipakai dalam berbicara tentang bahasa. Istilah ini menunjukkan bahwa yang dibahas adalah ucapan-ucapan di bidang moralitas.

     Etika dijabarkan menjadi 2, yaitu :
1. Etika umum --> Berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar, teori-teori etika, dan prinsip-prinsip moral                dasar.
2. Etika khusus --> Merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus. 

Profesi 
Artinya pekerjaan yang mengandalkan keterampilan dan keahlian khusus. 
Etika profesi, merupakan etika sosial yang menyangkut hubungan antar manusia dalam satu lingkup profesi dan masyarakat pengguna profesi tersebut. 

Ciri-ciri etika profesi : 
1. Adanya pengetahuan khusus
2. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi
3. Mengabdi pada kepentingan masyarakat
4. Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi
5. Menjadi anggota dari suatu profesi

Prinsip-prinsip dalam etika profesi adalah tanggung jawab, keadilan, dan otonomi.
Kode etik = norma yang diterima suatu kelompok tertentu sebagai landasan tingkah laku.

Berikut merupakan aliran-aliran dalam etika : 
1. Eudemonisme : Dari bahasa Yunani > eu+daimon (semangat baik). Pandangan ini menekankan bahwa kebaikan tertinggi manusia terletak pada kebahagiaan atau situasi yang secara umum baik. 
2. Hedonisme : Dari bahasa Yunani > Hedone (kenikmatan). Menyatakan bahwa kesenangan adalah tujuan hidup manusia.
3. Egoisme : Kesenangan diri sendiri menjadi target usaha seseorang.
4. Utilitarianisme : Dari bahasa latin > Uti (menggunakan) dan utilis (yang berguna). Merupakan bentuk hedonisme yang digeneralisir.
5. Deontologisme : Dari bahasa Yunani > Deon+logos (Ilmu tentang kewajiban moral). Adalah etika kewajiban yang didasarkan pada intuisi manusia tentang prinsip-prinsip moral.
6. Etika siituasi : Kebenaran suatu tindakan ditemukan dalam situasi konkret individual. 

Ada perbedaan antara moral dan etika, yaitu : Moral digunakan untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika digunakan untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang ada.

Ada perbedaan antara etika dan etiket, yaitu : Etika menyangkut "cara" suatu perbuatan harus dilakukan. Sedangkan etiket hanya berlaku dalam pergaulan. Kemudian etiket bersifat lebih relatif, etika bersifat absolut. 

Ada lagi perbedaan antara etika dan hukum : Hukum lebih dikodifikasi daripada etika, etika tidak dikodifikasi. 

Dan yang terakhir adalah bedanya etika dengan agama : Etika hanya didasarkan pada argumentasi rasional, tetapi agama bertitik tolak dari wahyu Tuhan melalui Kitab Suci.


Sumber : Kuliah Pak Carolus Suharyanto


Filsafat Manusia 

     Filsafat Manusia merupakan bagian filsafat yang mengupas arti manusia atau esensi manusia. 
Gunanya belajar filsafat manusia adalah karena manusia wajib menyelidiki arti yang dalam dari "yang ada". Agar kita lebih mengerti tentang diri kita sendiri. 

     Filsafat manusia itu relevan, karena manusia itu dinamis, misteri dan paradoksal, sehingga masih dibutuhkan filsafat manusia. Alasannya karena : Dengan bertanya, manusia mewujudkan hakikat kemanusiannya, Dengan mendalami manusia, manusia mengenal dirinya lebih baik, dan sebagai konsekuensinya, filsafat manusia membuat manusia semakin bertanggung jawab terhadap dirinya dan sesama.

Metode Filsafat Manusia, yaitu Refleksi, Analisa transendental dan sintesa. Ada juga Ekstensif, Intensif, dan Kritis.

Objek Filsafat Manusia :
Objek Materail : Manusia
Objek Formal : Esensi manusia, strukturnya yang fundamental.

Ungkapan Max Scheler dan Heidegger : "Tidak ada zaman, seperti zaman sekarang, dimana manusia menjadi oertanyaan bagi dirinya sendiri atau menjadi problematik bagi dirinya. Tak ada pula masa dimana ditengah kemajuan yang pesat mengenai manusia, manusialah paling kurang tahu tentang dirinya dan tentang identitasnya." 

Pertanyaan mengenai manusia, datang dari rasa kekaguman, ketakjuban, frustasi, delusi, dan pengalaman negatif.

"Aku menjadi masalah besar bagi diriku" Kata Agustinus yang sedih karena kematian temannya

"Karena kita adalah manusia yang akan mati, kita tidak akan puas dengan perubahan formasi sosial melulu, tetapi kita ingin mengetahui persoalan pribadi" Adam Schaft

Apa sajakah yang akan dibahas dalam Filsafat Manusia? berikut pembagiannya :
  • Mencari kekhasan manusia
  • Manusia sebagai "ada-di-dunia"
  • Evolusi 
  • Antarsubyektivitas (sosialitas manusia)
  • Manusia sebagai eksistensi bertubuh
  • Transendensi
  • Manusia sebagai roh
  • Pengetahuan manusia
  • Kebebasan
  • Kesejarahan/Historisitas
  • Kebudyaan, sains dan teknologi
  • Dimensi antropologis dari pekerjaan
  • manusia sebagai pribadi/pesona
  • Kematian dan harapan

Sumber : Kuliah Pak Bonar Hutapea 

Senin, 22 September 2014

Pertemuan Kelima

Halo semuanya, kali ini saya akan ngepost materu pada hari Senin 22 September 2014 tadi. berikut materunya, disimak yaaa....


Silogisme 

     Silogisme adalah suatui simpulan dimana dari dua premis disimpulkan menjadi suatu putusan yang baru. Prinsipnya disini adalah bila premis benar, maka simpulannya benar. 
     Silogisme ada 2 jenis :
1. Silogisme Kategoris = premis simpulannya adalah putusan kategoris (pernyataan tanpa syarat)
     Bentuk-bentuk silogisme kategoris tunggal :
     - M adalah  dalam premis mayor dan P dalam premis minor. Aturan : premis minor harus sebagai penegasan, sedang premis mayor bersifat umum.
Contoh : M-P Setiap tumbuhan dapat layu (Mayor)
              S-M Mawar adalah tumbuhan (Minor)
              S-P Jadi, mawar dapat layu (Simpulan)
     - M jadi P dalam premis mayor dan minor. Aturan : salah satu premis harus negatif, premis mayor bersifat umum.
Contoh : P-M Anto adalah laki-laki (Mayor)
              S-M Ani bukan laki-laki (Minor)
              S-P Ani bukan Anto (Simpulan)    
     - M menjadi S dalam premis mayor dan minor. Aturan : premis harus berupa penegasan dan simpulannya bersifat partikular. 
Contoh : M-P Murid itu orang yang miskin (Mayor)
              M-S Ada murid yang orang malas (Minor)
              S-P Jadi sebagian murid malas itu muridrang yang miskin (Simpulan)
     - M adalah P dalam premis mayor dan S dalam premis minor. Aturan : premis harus berupa penegasan, sedangkan simpulan bersifat partikular.
Contoh : P-M Lagu itu indah (Mayor)
              M-S Semua lagu menghilangkan stress (Minor) 
              S-P Jadi, sebagian yang menghilangkan stress itu lagu (simpulan)

2. Silogisme Kategoris Majemuk = bentuk silogisme yang premisnya sangat lengkap, dan terdiri lebih dari 3 premis.
Jenis-jenisnya : 
     - Epichrema : Salah satu atau kedua premisnya disertai alasan.
Contoh : Semua anjing bagus adalah anjing jinak, karena sulit melatihnya.
              Anjing Tono itu adalah anjing baik, karen sangat terlatih dan terawat.
              Jadi, Anjing Tono adalah anjing jinak.

     - Enthymema : Dalam penalarannya tidak menyatakan seua premis secara eksplisit. Ada premis / simpulannya yang dilampaui. 
Contoh : Manusia super itu tidak akan sakit
              Superman adalah manusia super
              Maka, Superman tidak akan sakit.

     - Polisilogisme : Simpulan silogismenya yang satu menjadi premis untuk silogisme yang lainnya.
Contoh : Seorang yang tidak beriman merasa hampa. Dono adalah orang yang tidak beriman. Jadi, Dono merasa hampa.

     - Sorites : premisnyta lebih dari 2. Predikat dari putusan yang satu jadi subjek ptusan berikutnya.
Contoh : Burung yang bisa terbang, selalu terbang kesana-kemari.
              Burung yang selalu terbang kesana-kemari, memiliki sayap yang kuat dan berbadan kecil.
              Jadi, burung yang bisa terbang, memiliki sayap yang kuat dan berbadan kecil. 

     Hukum Silogisme Kategoris (Tentang isi dan luas S dan P)
1. Silogisme tidak boleh mengandung lebih ataupun kurang dari 3 term (S, M, P)
2. M tidak boleh masuk dalam kesimpulan
3. Term S dan P dalam simpulan tidak boleh lebih luas dari premis-premisnya.    


Sumber : Kuliah Pak Carolus Suharyanto          


Kesesatan Pemikiran (Fallacia)

Fallacia adalah kesalahan pemikiran kesimpulan dalam logika. 
> Kesesatan formal adalah pelanggaran terhadap kaidah logika.
> Keseatan informal menyangkut kesesatan dalam bahasa. 
> Penempatan kata depan yang keliru.
> Mengacu posisi subjek atau predikat
> Ungkapan yang keliru.
> Amfiboli : Kesesatan karena struktur kalimat bercabang.
> Kesesatan aksen/prosodi : Kesesatan karena penekanan yang salah dalam pembicaraan.
> Kesesatan bentuk pembicaraan : Sesat karena disimpulkan kesamaan konstruksi juga berlaku bagi yang lain. 
> Kesesatan Aksiden : Dikacaukan dengan hal yang hakiki.
> Kesesatan karena alasan yang salah : Konklusi ditarik dari premis yang tak relevan.

Kesesatan Presumsi
- Generalisasi tergesa-gesa
Non sequitur (belum tentu)
- Analogi palsu
- Penalaran melingkar (petitio principii)
- Deduksi cacat 
- Pikiran soimplistis

Menghindari Persoalan 
  • Argumentum ad hominem : Timbul kekerasan karena argumentasi yang dialihkan ke orang lain.
  • Argumentum ad populum : Ditujukan kepada banyak orang cara menggugah perasaan mereka agar mendukung argumentasinya
  • Argumentasi ad misericordiam : Timbul karena argumentasi dialihkan ke rasa belas kasihan
  • Argumentum ad baculum :Terjadi karena ancaman
  • Argumentum ad auctoritatem : Timbul karena dukungan dokumentasinya didapatkan dari kewenangan.
  • Argumentum ad ignorantiam : Argumentasi didasarkan pada ketidaktahuan.
  • Argumen untuk Keuntungan Seseorang 
  • No Causa Pro Causa : Orang salah menentukan penyebabnya
Kesesatan Retoris
  • Eufemisme / Disfemisme : Salah benar tergantung pada kepentingannya
  • Penjelasan retorik : Digunakan untuk mengekspresikan atau mempengaruhi sikap.
  • Stereotype : Pemikiran sekelompok orang dengan bukti yang minim, atau bahkan tanpa bukti.
  • Innuendo : Sindiran tak langsung.
  • Loading question : Dalam pertanyaan yang diajukan tersirat muatan jawaban.
  • Weaseler : Metode linguistik untuk keluar dari kesulitan. 
  • Downplay : Upaya untuk merendahkan / menyindir orang.
  • Lelucon/Sindiran : Gaya retorika yang cukup berpengaruh
  • Hiperbola : Pernyataan yang terlalu berlebihan
  • Pengandaian Bukti : Ekspresi yang digunakan untuk memberi sugesti bahwa ada otoritas untuk sebuah pernyataan, tanpa menyebutkan bukti yang dimaksud.
  • Dilema Semu : Kebingungan dalam memilih dari pilihan yang ada.

Sumber : Kuliah Pak Carolus Suharyanto


Sekian dulu untuk hari ini, mohon Commentnya yaaaaa, semoga bbermanfaat juga, terima kasih... :D

Masih Pertemuan Keempat

Haiii, berikut ini akan saya pistingkan lanjutan dari post sebelumnya, ini juga masih materi pada hari Jumat, 19 September 2014 yang lalu, memang materuinya banyak banget nih, hahaha, disimak baik-baik yaaaa....


LOGIKA

     Kata logika berasal dari bahasa yunani, yaitu logikos, yang berarti sesuatu yang diungkapkan lewat bahasa. istilah ini pertama kali digunakan oleh Zeno dari Citium (334-262 SM). Logika jugalah merupakan cabang ilmu filsafat yang mempelajari, menyusun, dan membahas asas-asas aturan formal serta kriteria yang sahih bagi penalaran dan penyimpulan untuk mencapai kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional. Singkatnya, logika adalah ilmu pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir lurus (tepat).

Ada 2 obyek Logika :
  • Objek Material, Logika adalah manusia itu sendiri.
  • Objek Formal, Logika ialah kegiatan akal budi untuk melakukan penalaran yang tepat yang tampak melalui ungkapan pikiran melalui bahasa.
Manfaat dari belajar Logika :
  1. Membantu setiap orang untuk mampu berpikir kritis, rasional, dan metodis.
  2. kemampuan meningkatkan kemampuan bernalar secara abstrak.
  3. Mampu berdiri lebih tajam dan mandiri.
  4. Menambah kecerdasan berpikir, sehingga bisa menghindari kekeliruan dalam menarik kesimpulan.
Macam-macam Logika :
  1. Logika Kodrati : Suatu suasana saat akal budi bekerja menurut hukum logika secara spontan.
  2. Logika Ilmiah : Berusaha mempertajam akal budi manusia agar dapat bekerja lebih teliti atau tepat untuk menghindari kesesatan.
Logika Formal / Logika Minor :
     Merupakan logika yang berbicara tentang kebenaran bentuk. Sebuah argumen baru bisa mempunyai kebenaran bentuk bila konklusinya ditarik secara logis dari premis dengan mengabaikan isi yang terkandung dalam argumentasi tersebut. Hal yang perlu diperhatikan adalah penyusunan pertanyaan-pertanyaan yang menjadi premis atau dasar penyesuaian.

Logika Materai / isi / Logika Mayor : 
     Merupakan logika yang membahas tentang kebenaran isi. Sebuah argumen dikatakan benar isinya apabila penyataan-pernyataannya sesuai dengan kenyataan. 

Kebenaran suatu argumen dari segi bentuk dan isi adalah prasyarat mutlak.

Sumber : Kuliah Pak Mikha


INDUKSI

Penalaran Induksi adalah Cara kerja ilmu pengetahuan yang bertolak dari partikular tertentu umtuk menarik kesimpulan yang umum yang dianggap benar dan berlaku. Ciri dasar berpikir induksi adalah selalu tidak lengkap. Peneliti biasanya bekerja berdasarkan pengamatan dan data yang terbatas. Argumentasi-argumentasi yang terdapat dalam penalaran induksi tidak dinilai sebagai valid (sahih) atau invalid (tidak sahih), melainkan probabilitas.

Ciri Penalaran Induksi  :
  1. Premis-premis dalam penalaran induksi merupakan proposisi empiris yang berhubungan llangsung dengan observasi indera. disini indera lah yang menangkap, dan akal yang bertugas menerima.
  2. Kesimpulan dalam penalaran induksi lebih luas dari apa yang dinyatakan didalam premis-premisnya.
  3. Kalaupun kesimpulan induksi itu tidak meningkat, manusia yang normal juga pasti tetap menerimanya, kecuali jika ada alasannya untuk menolak.
Generalisasi Induktif 

Proses induksi dapat dibedakan menjadi :
  • Generalisasi Induktif = Proses penalaran berdasarkan pengamatan atas sejumlah gejala atau sifat-sifat tertentu untuk menarik kesimpulan mengenai semua. Prinsipnya adalah "apa yang terjadi beberapa kali dapat diharapkan akaan selalu terjadi apabila kondisi yang sama terpenuhi."
  • Analogi Induktif = Analogi induktif artinya suatu proses penalaran untuk menarik kesimpulan tentang kebenaran suatu gejala khusus berdasarkan kebenaran gejala khusus lainnya yang memiliki sifat-sifat esensial yang sama. Disini hal yang paling penting adalah apakah persamaan yang dipakai sebagai dasar kesimpilan merupakan ciri-ciri esensial yang berhubungan erat dengan kesimpulan yang dikemukakan. kesimpulannya tidak bersifat universal, melainkan khusus. Prinsip dasarnya adalah : "karena hal d analog dengan a,b dan c, maka apa yang berlaku bagi a, b dan c diharapkan dapat berlaku juga untuk d." Ada faktor-faktor yang menyebabkan kesesatan dalam penalaran induktif, yaitu faktor tergesa-gesa, ceroboh dan prasangka.
  • Hubungan Sebab Akibat = Suatu hubungan yang intrinsik sehingga apabila satu 9sebab) ada / tiada maka yang lain juga pasti ada / tiada. Prinsip umumnya menyatakan bahwa "suatu peristiwa disebabkan oleh sesuatu."

DEDUKSI

Penalaran ini selalu diungkapkan dalam bentuk silogisme (mediumnya). Premis-premis dari suatu argumentasi deduktif yang tepat berisi semua bukti yang dibutuhkan untuk membuktikan kebenaran suatu kesimpulan. Argumentasi-argumentasi deduktif juga dinilai lebih berdasarkan sahih atau tidak sahih.

Sumber : Kuliah Pak Carolus Suharyanto

Minggu, 21 September 2014

Pertemuan Keempat

Pada hari Jumat, 19 September 2014, kami memulai pelajaran pukul 08.00, hingga pukul 16.40. berikut yang saya pelajari :



Konfirmasi, Inferemsi & Konstruksi Teori

Konfirmasi
     Secara etimologis, konfirmasi diambil dari bahasa inggris, yaitu Confirmation, yang rtinya penegasan. Ada 2 aspek penegasan, yaitu Kuantitatif (untuk memastikan kebenaran) dan Kualitatif (untuk menunjukkan kebenaran). Konfirmasi juga berupaya mencari hubungan normatif antara hipotesis dengan fakta-fakta.
     Ada 3 jenis Konfirmasi, yaitu :
1. Decision theory : Kepastian berdasarkan keputusan "apakah hubungan antara hipotesis dengan fakta punya manfaat aktual?"
2. Estimation theory : Menetapkan kepastian dengan memberi peluang benar-salah melalui konsep probabilitas.
3. Reliability theory : Menetapkan kepastian dengan mencermati stabiligtas fakta/ evidensi yang berubah-ubah terhadap hipotesis.

Inferensi
Inferensi artinya adalah proses penarikan konklusi dari satu atau lebih proposisi. Inferensi dikenal memiliki 2 cara, yaitu induktif dan deduktif. Dalam inferensi dedktif terbagi lagi menjadi 2 jenis, yaiyu langsung dan tidak langsung (inferensi silogistik).
     Inferensi langsung adalah penarikan kesimpulan hanya dari sebuah premis/pernyataan. Pernyataan yang dihasilkan sesai dengan premis-premis yang tersedia dan berhubungan secara logis dengan pernyataan tersebut.
     Inferensi tidak langsung adalah penarikan kesimpulan dengan menggunakan 2 premis.
Predikat konklusi disebut term mayor, premisnya disebut premis mayor. Sedangkan subyek konklusi disebut term minor, premisnya disebut premis minor. 
Hukum-Hukum Inferensi : 
  1. Kalau premis-premis benar, maka kesimpulan benar
  2. Kalau premis-premis salah, maka kesimpulan dapat salah, dapat kebetulan benar
  3. Bila lesimpulan salah, maka premis-premisnya juga salah.
  4. Bila kesimpulan benar, maka premis-premisnya dapat benar, tetapi dapat juga salah.
Konstruksi Teori
Teori berarti kerangka pikiran yang menjelaskan fenomena.Pengelompokkan perkembangan ilmu pengetahuan ada 3 periode, yaitu animisme, ilmu empiris, dan ilmu teoritis.
     Terdapat 3 model konstruksi :
  1. Model korespondensi, Kebenaran sesuatu dibuktikan dengan menemukan relevansinya dengan yang lain.
  2. Model koherensi, Sesuatu dianggap benar jika sesuai dengan moral tertentu. Model ini digunakan dalam pendekatan fenomenologis.
  3. Model paradigmatis, konsep kebenaran ditata menurut pola hubungan beragam, menyederhanakan yang kimpleks.
Terdapat 3 aliran dalam Konstruksi teori :
  1. Reduksionisme : Teori merupakan sesuatu yang abstrak, tidak dapat diamati dan tidak dapat diuji langsung.
  2. Instrumentalisme : Teori adalah instrumen bagi pernyataan observasi agar terarah dan terkonstruksi.
  3. Realisme : Teori dianggap benar hanya jika real, secara substantif ada, bukan fiktif.
Sumber : Kuliah Pak Mikha Agus Widianto



Critical Thinking


Berpikir Kritis artinya Merasionalkan kehidupan manusia dan secara hati-hati mengamati/memeriksa sesuatu asumsi tentang bukti terbaru dan memeriksa proses berpikir sebagai dasar untuk mengklarifikasi dan memperbaiki pemahaman kita tentang sesuatu.

Karakteristik dalam Berpikir Kritis
1. Rasional, Reasonable, reflektif
Berdasarkan alasan-alasan dan bukti-bukti, bukan berdasarkan keinginan pribadi. Butuh waktu untuk memikirkan permasalahannya.
2. Melibatkan Skepticism yang sehat dan konstruktif
            Tidak menerima atau menolak ide-ide, kecuali karena mengerti perihalnya.
3. Otonomi
            Tidak mudah dimanipulasi. Lebih berpikir dengan pikiran sendiri.
4. Kreatif
            Menghubungkan pemikiran-pemikiran dan konsep untuk menciptakan ide-ide orisinil.
5. Adil
            Tidak bias atau berpihak pada satu sisi.
6. Dapat dipercaya dan dilakukan
            Mengatasi masalah dan mengevaluasi kebijakan, tuntutan dan tindakan.

Pemikir Kritis di Psikologi akan mempraktekkan keterampilan kognitif dalam menganalisa, pengaplikasian standar, diskriminasi, mencari informasi, membuat alasan logis, memprediksi dan mentransformasi pengetahuan.

Ada 5 Model berpikir kritis :
T : Total recall
H : Habits
 I  : Inquiry
N : New ideas and creativity
K : Knowing how you thinks

1. Total recall
            Kemampuan untuk mengakses pengetahuan dimana pengetahuan merupakan sesuatu yang dipelajari dan disimpan dalam pikiran. Total Recall seseorang tergantung pada memori/ ingatannya
2. Habits
            Merupakan pendekatan berpikir yang sering diulang-ulang. Hal ini membuat seseorangn melakukan sesuatu tanpa harus mencari metode baru.
3. Inquiry
            Cara berpikir primer yang digunakan untuk menegakkan suatu kesimpulan yang lebih baik dan akurat.
4. New ideas and creativity
            Model ini membuat seseorang berpikir melebihi buku sumber. Dan akan membuat seseorang mencoba untuk menjadi pribadi yang berbeda diantara sekumpulan orang yang ada.
5. Knowing how you think
            Mengamati tentang bagaimana seseorang berpikir. Ada 1 istilah yang disebut METACOGNITION, yang artinya Berada diantara proses mengetahui – tahu bagaimana anda berpikir. Metode ini disarankan oleh Schon (1983) untuk kerja profesional yang sulit menemukan masalah dan solusinya di buku sumber.

Sumber : Kuliah Pak Carolus Suharyanto




Subyektivisme dan Obyektivisme

Subyektivisme
Berarti pengetahuan dipahami sebagai keyakinan yang dianut oleh Individu. Pendukung-pendukung pandangan ini adalah : Aristoteles, plato, Rene Descartes, Kaum Solipsisme (Solo Ipse), Kaum realisme Epistemologis dan kaum Idealisme Epistemologis.
Ciri-Ciri Pendekatan :
·         Menggagas pengetahuan sebagai suatu keadaan mental yang khusus.
·         Pengalaman subyektif sebagai titik tolak pengetahuan dari kata inderawi diri sendiri.
·         Prinsip subyektif tentang alasan cukup, karena pengalaman bersifat personal, benar secara pasti dan meyakinkan karena berlaku sebagai pengetahuan langsung dari diri subyek

Descartes :
Cogito Ergo Sum Cogitans : Saya berpikir maka saya adalah pengada yang berpikir. Ketika berbicara mengenai “berpikir’, Descartes tidak hanya menalar saja, tetapi juga melihat, mendengar, merasa, senang atau sakit, kehendak, masuk dalam kegiatan berpikir.
           
            Realisme Epistemologis :
            Kesadaran menghubungkan saya dengan “apa yang lain” dari diri saya.

            Idealisme Epistemologis :
            Setiap tindakan mengetahui berakhir di dalam suatu ide, yang merupakan suatu peristiwa subyektif murni. Semua pengetahuan tentang sesuatu “yang bukan aku” atau :yang diluar diri sendiri” diragukan kepastian kebenarannya. Kita tidak akan mempunyai kesadaran eksplisit tentang diri kita sendiri selain melalui interaksi dengan individu lain atau “yang bukan aku”. Kita mengenal keberadaan dunia diluar diri dari pengalaman berhadapan dan berinteraksi dengannya.

Obyektivisme
            Berarti suatu pandangan yang menekankan bahwa butir-butir pengetahuan manusia mempunyai sifat dan ciri yang melampaui keyakinan dan kesadaran individu. Pengetahuan diperlakukan sebagai sesuatu yang berada diluar ketimbang didalam pikiran manusia. Pendukung-pendukung pandangan ini antara lain : Popper, latatos, dan karl Marx.
            Obyektivisme beranggapan pada tolak ukur suatu gagasan berada pada obyeknya. Ada 3 pandangan dasar obyektivisme : Kebenaran itu independen terlepas dari pandangan subyektif, Kebenaran itu datang dari bukti faktual, dan kebenaran hanya bisa didasari dari pengalaman inderawi.
            Pengetahuan dalam pengertian obyektivitas itu sepenuhnya independen dari klaim seseorang untuk mengetahuinya dan pengetahuan tersebut terlepas darin keyakinan seseorang. Arti pengetahuan dalam pengertian obyektifis adalah pengetahuan tanpa orang (Karl Popper). Para Filsuf Skolastik menganggap bahwa keyakinan harian kita perlu diperbaiki, kesalahan tersebut adalah meletakkan “kesalahan” pada indera, karena indera tidak pernah salah.
            Untuk mempercayai kebenaran kesaksian inderawi, ada beberapa syaratnya, yaitu :
a. Obyek harus sesua dengan jenis indera kita.
b. Obyek indera harus normal dan sehat.
c. Karena obyek ditangkap melalui medium, maka medium itu harus ada.
            Ada 2 jenis obyek :
1. Obyek khusus = Data yang ditangkap hanya oleh 1 indera.
2. Obyek umum = Data yang dapat ditangkap oleh lebih dari 1 indera.

Sumber : Kuliah Pak Carolus Suharyanto

Kamis, 18 September 2014

Pertemuan Ketiga

Hari ini, Jumat, 19 September 2014, Kmi memasuki materi baru lagi, berikut yang saya pelajari :

Epistemologi

Epistemologi diambil dari bahasa Yunani, episteme (pengetahuan) dan logos (ilmu/pembicaraan/kata). Berarti  epistemologi merupakan cabang filsafat yang berkaitan dengan asal, sifat, karakter dan jenis pengetahuan.

Metode-Metode untuk Memperoleh Pengetahuan
A. Empirisme
     Empirisme adalah suatu cara atau metode dalam filsafat yang mendasarkan cara memperoleh pengetahuan dengan melalui pengalaman. Tokohnya adalah John Lock.
B. Rasionalisme
     Rasionalisme berpendirin bahwa sumber pengetahuan terletak pada akal. Tokohnya adalah Rene Descartes.
C. Fenomenalisme
     Fenomenalisme berpendapat bahwa pengetahuan ada berdasarkan gejala-gejala yang ada. Tokohnya adalah Immanuel kant.

Epistemologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari secara kritis, normatif dan evaluatif mengenai proses bagaimana pengetahuan itu diperoleh oleh manusia.

Sifat Epistemologi
Kritis --> Mempertanyakan/menguji cara kerja, pendekatan, kesimpulan yang ditarik dalam kegiatan kognitif manusia.
Normatif --> Menentukan tolak ukur/norma penalaran tentang kebenaran pengetahuan.
Evaluatif --> Menilai apakah suatu keyakinan, pendapat suatu teori pengetahuan dapat dipertanggungjawabkan dan dijamin kebenarannya secara logis dan akurat.

Dasar dan Sumber Pengetahuan
1. Pengalaman manusia
2. Ingatan (memory)
3. Penegasan tentang apa yang diobservasi (kesaksian)
4. Minat dan rasa ingin tahu
5. Pikiran dan penalaran
6. Logika - Berpikir tepat dan logis
7. Bahasa - Ekspresi pemikiran manusia melalui ujaran/tulisan
8. Kebutuhan hidup manusia - Mendorong terciptanya iptek

Teori Kebenaran Dalam Ilmu Pengetahuan
1. Teori Kebenaran Korespondensi
     Kebenaran akan terjadi apabila subjek yakin bahwa objek sesuai denyan kenyataannya. Sifatnya subyektif.
2. Teori Kebenaran Koherensi
     Kebenaran akan terjadi apabila ada kesesuaian pendapat dari beberapa subjek terhadap objek. Sifatnya objektif.
3. Teori Kebenaran Pragmatik
     Kebenaran akan terjadi apabila sesuatu memiliki kegunaannya.
4. Teori Kebenaran Konsensus
     Kebenaran konsensus akan terjadi apabila ada kesepakatan yang disertai alasan tertentu.
5. Teori Kebenaran Semantik
     Kebenaran semantik akan terjadi apabila orang mengetahui dengan tepat tentang arrti suatu kata.

Selama KBK tadi, diadakan suatu debat, dimana diminta beberapa perwakilan dari kelompok untuk maju dan berdebat dengan menggunakan beberapa pendekatan dan teori epitemologis dengan berbgai tema.

Kesimpulan
Sifat epistemologi dapat melekat pada proses kegiatan kognitif ilmuwan, tolak ukur kebenaran yang dipertanggungjawabkan secara logis pada ilmu pengetahuan dan kegiatan ilmiah.

Sumber : Kuliah Pak Carolus Suharyanto



Kebenaran

     Kebenaran sebagai sifat pengetahuan disebut kebenaran epistemologis. Secara umum kebenaran dimengerti sebagai kesesuaian antara apa yang dipikirkan dan atau dinyatkan dengan kenyataan yang sesungguhnya. Kata kebenaran dalam bahasa Yunan inya adalah aletheia, yang menurut Plato berarti "ketaktersembunyian adanya" atau "ketersingkapan adanya."
     Plato berpendapat bahwa, selama kita terikat pada "yang ada" dan tidak masuk pada "adanya dari yang ada", kita belum berjumpa dengan kebenaran, karena "adanya" itu masih tersembunyi. contohnya seperti ini : Anda tahu ada Universitas Tarumanagara, didalam Universitas Tarumanagara ada Fakultas Psikologi. tetapi jika anda tidak masuk menjadi mahasiswa psikologi di UNTAR, maka anda tidak akan tahu kommdisi didalamnya.
     Plato berpendapat bahwa kebenaraan sebagai ketidaktersembunyian adanya itu tidak dapat dicapai manusia selama hidupnya di dunia ini.
     Menurut kaum Positivisme logis kebenran dibedakan menjadi 2, yaitu kebenaran faktual dan kebenaran nalar. Kebenaran faktual adalah kebenaran tentang ada tidaknya secara faktual yang dialami manusia, biasanya diukur dengan dapat atau tidaknya secara indrawi. Kebenaran faktual tisak pernah mutlak dan selalu diterima sebagai benar sejauh belum ada alternatif pandangan lain yang berlawanan. Kebenaran nalar adalah kebenaran yang bersifat tautologis dan tidak menambah pengetahuan baru mengenai dunia, tetapi dapat menjadi sarana yang berdaya guna memperoleh pengetahuan yang benar tentang dunia. Kebenarannya didasarkan pada penyimpulan deduktif.
     Menurut Thomas Aquinas, kebenran dibedakan menjadi 2, yaitu Kebenaran Ontologis (Veritas Ontologica) dan Kebenaran Logis (Veritas Lagica). Kebenran ontologis merupakan kebenaran yang terdapat dalam kenyataan, yang meskipun ada kemungkinan untuk diketahui. Kebenaran logis adalah kebenaran yang terdapat dalam akal budi manusia si penahu, dalam bentuk adanya kesesuaian antra akal budi denyan kenyataan.

Kedudukan Kebenaran
     Dalam pandangan Platonis, kebenaran diletakkan dalam obyek atau kenyataan yang diketahui. sedangkan Aristotelian dalam subyek yang mengetahui. Kaum Eksistensial menyatakan bahwa kebenaran merupakan apa yang secar pribadi berharga bagi subyek konkrit yang bersangkutan dan pantas untuk dipegang teguh dengan penuh kesetiaan. Ada pula pandangan bahwa jika kebenaran ilmiah bersifat eksternal terhadap subyek, maka kebenaran eksistensial bersifat mutlak terhadap subjek.
     Bagi manusia sebagai makhluk yang terbatas, kebenaran dianggap sebagai ketersingkapnya kenyataan sebagaimana adanya dan tidak dapat disaksikan secara sekaligus dan menyeluruh.

Kesahihan dan Kekeliruan
     Kekeliruan berbeda dengan kesahihan. Kekeliruan pada umumnya berarti menerima sebagai benar apa yang dinyatakan salah atau menyangkal apa yang senyatanya benar. sedangkan kesahihan artinya kebenaran. Kekeliruan muncul akibat kegagalan dalam mengidentifikasi bukti yyang tepat, hal tersebut bisa dikarenakan gegabah dalam menegaskan putusan tentang suatu perkara.
     Kekeliruan juga bisa terjadi karena kompleksitas atau kekaburan perkara yang menjadi persoalan. Sedangkan faktor-faktor penyebab terjadinya kekeliruan misalnya :
1. Sikap terburu-buru dan kurang perhatian dalam salah satu tahap atau keseluruhan proses kegiatan        mengetahui.
2. Sikap takut salah yang keterlaluan atau sebaliknya.
3. Keracunan atau kebingungan akibat emosi, frustasi, dan perasaan-perasaan yang membuat kurang konsentrasi.
4. Prasangka dan bias-bias, baik individu maupun sosial.
5. Keliru dalam penalaran atau tidak mematuhi aturan-aturan logika.

Sumber : Kuliah Pak Mikha Agus Widianto

Sekian postingan untuk kali ini, mohon komen, kritik, dan sarannya ya....
semoga postingan ini dapat bermanfaat bagi anda yang membacanya, terima kasih banyak......